Mohon tunggu...
Rizal Mutaqin
Rizal Mutaqin Mohon Tunggu... Tentara - Founder Bhumi Literasi Anak Bangsa | Dewan Pengawas Sparko Indonesia

Semua Orang Akan Mati Kecuali Karyanya

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Rabu Siang Ditemani Kopi Panas

8 Mei 2024   18:03 Diperbarui: 8 Mei 2024   18:04 189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: Depositphotos


Hari itu, udara Rabu begitu cerah di kota kecil itu. Sebuah kedai kopi kecil di sudut jalan tampak begitu menarik dengan deretan kursi kayu di luar dan aroma kopi yang menggoda. Tidak ada tempat yang lebih cocok untuk menghabiskan waktu di tengah siang yang sunyi selain di sana.

Seorang wanita muda bernama Maya memasuki kedai dengan senyum di bibirnya. Dia menghirup aroma kopi yang harum sambil melirik ke arah meja kosong di pojokan. Maya selalu menemukan inspirasi di kedai kopi ini.

Maya memesan secangkir kopi panas dan duduk di meja pojok itu. Dia mengeluarkan buku catatannya dan mulai menulis, membiarkan kata-kata mengalir begitu saja. Setiap tegukan kopi memberinya semangat baru untuk melanjutkan karya-karyanya.

Di meja sebelahnya, seorang pria paruh baya sibuk dengan laptopnya. Maya mengamati pria itu dengan diam, terpesona oleh keseriusannya dalam bekerja. Mereka saling tersenyum, tanpa perlu bertukar kata.

Sementara itu, kedai kopi mulai ramai dengan kedatangan pelanggan lain. Suasana riuh rendah mengisi udara, tetapi Maya tetap fokus pada pekerjaannya. Kopi panasnya mulai habis, tetapi semangatnya masih membara.

Ketika matahari mulai tenggelam, Maya menyadari bahwa sudah waktunya untuk pulang. Dia menutup buku catatannya dengan perasaan puas. Rabu siang yang dihabiskan di kedai kopi telah memberinya begitu banyak inspirasi dan energi.

Maya melangkah keluar dari kedai dengan senyum mengembang di wajahnya. Dia merasa seperti memiliki kantong penuh ide-ide segar untuk diwujudkan. Kopi panas yang tadi menyentuh bibirnya, kini menjadi pemicu kreativitasnya yang tak tergantikan.

Saat Maya berjalan pulang, dia merenung tentang betapa pentingnya momen-momen sederhana seperti ini. Kadang-kadang, cukup dengan duduk di kedai kopi dengan secangkir kopi panas, hidup terasa begitu indah dan berarti.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun