Hari itu, langit Jakarta terlihat begitu cerah. Aroma kopi yang harum menyambutku begitu memasuki Angkringan Pak Madha. Suasana tradisional angkringan dengan meja-meja kayu dan lampu-lampu temaram membuatku merasa seolah kembali ke masa lalu. Di pojokan, Pak Madha dengan cengkeh di telinganya tersenyum ramah menyambutku.
Aku memesan segelas kopi tubruk, menu andalan angkringan ini. Ketika kopi itu disajikan, aroma yang menggoda langsung membuatku terlena. Ketika menyeruput kopi itu, rasanya begitu nikmat, seperti menyatu dengan kehangatan dan kebersamaan di sekitarku. Rupanya, di sini kopi bukan sekadar minuman, tapi juga pengantar untuk bersantai dan bercengkerama.
Sambil menikmati kopi, aku melihat beragam cerita yang terjadi di angkringan ini. Mulai dari pekerja kantoran yang menikmati istirahat siang mereka, hingga anak muda yang berdiskusi keras tentang masa depan. Semua itu seperti melengkapi kenikmatan kopi yang aku rasakan, membuatku semakin merasa betah di sini.
Waktu terasa berlalu begitu cepat di tengah suasana hangat Angkringan Pak Madha. Obrolan ringan dengan orang-orang di sekitarku membuatku merasa begitu akrab, seolah-olah kami sudah lama mengenal satu sama lain. Ini adalah pengalaman yang tidak bisa dibeli dengan harga berapapun, pengalaman kebersamaan yang sungguh berharga.
Saat matahari mulai tenggelam dan langit berubah warna, aku merasa sedih harus meninggalkan tempat ini. Namun, hatiku juga penuh dengan rasa syukur telah mendapatkan pengalaman yang begitu berkesan di Angkringan Pak Madha. Aku pun berjanji akan kembali lagi suatu hari nanti, untuk sekali lagi menikmati aroma kopi dan kehangatan suasana di sini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H