Sarno dulu dikenal sebagai salah satu pengusaha sukses di desa tersebut. Rumahnya yang megah selalu menjadi sorotan warga sekitar. Namun, satu per satu usaha Pak Sarno mulai merosot. Pertama-tama, sawah miliknya yang selalu subur kini mulai terlantar karena kurangnya perawatan.
PakPak Sarno yang dulu penuh semangat dan berani mengambil risiko kini terlihat semakin lesu. Ketika ditanya, ia hanya tersenyum simpul tanpa sepatah kata pun. Warga desa mulai bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi dengan Pak Sarno.
Suatu hari, terdengar kabar bahwa usaha Pak Sarno mengalami kebangkrutan. Rumah megah yang dulunya menjadi banggaannya harus dilelang untuk membayar hutang-hutangnya. Tetapi, yang lebih mengejutkan lagi, Pak Sarno tampak tenang dan menerima nasibnya dengan lapang dada.
Warga desa mulai bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi. Hingga akhirnya, terungkaplah bahwa sebagian besar kekayaan Pak Sarno telah dihabiskan untuk biaya pengobatan penyakit langka yang dideritanya. Namun, Pak Sarno tetap optimis bahwa kesehatannya lebih berharga dari segalanya.
Meskipun telah kehilangan segalanya, Pak Sarno tidak pernah kehilangan harga dirinya. Ia tetap aktif membantu warga desa meskipun dalam keterbatasan. Keberanian dan semangatnya yang teguh menginspirasi banyak orang di sekitarnya.
Pada suatu hari, warga desa yang tergerak oleh kebaikan Pak Sarno berkumpul untuk memberikan bantuan. Meskipun tidak sebanyak yang dulu dimilikinya, bantuan itu cukup untuk memberikan sedikit kelegaan bagi Pak Sarno dan keluarganya.
Meskipun hidupnya telah berubah drastis, Pak Sarno merasa lebih kaya dari sebelumnya. Ia merasa diberkati dengan kehadiran orang-orang yang peduli di sekitarnya. Meskipun jatuh miskin secara materi, Pak Sarno telah menjadi orang yang kaya akan kebaikan dan keikhlasan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H