Mohon tunggu...
Rizaldo Maarief
Rizaldo Maarief Mohon Tunggu... profesional -

gemar menulis. bekerja pada bidang tulis-menulis. "kata-kata tidak mengenal waktu. kita harus mengucapkannya atau menuliskannya dengan menyadari akan keabadiannya..."

Selanjutnya

Tutup

Money

Three Culture dari Pekalongan Raih UNESCO

22 Mei 2012   10:24 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:58 883
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_178416" align="alignnone" width="300" caption="Three Culture..."][/caption]

Kain batik ini sungguh unik. Menawan dan cukup mengesankan. Warnanya, biasa saja, sama dengan batik-batik lainnya. Bukan pula motif batiknya. Tetapi, coba perhatikan, dan saya mendapat penjelasan langsung dari sang pengrajinnya, bahwa batik di atas merupakan perpaduan ciri khas batik Yogyakarta, Cirebon dan Pekalongan.

[caption id="attachment_178417" align="alignnone" width="300" caption="Three Culture; Yogyakarta, Cirebon, Pekalongan..."]

13376818061490422245
13376818061490422245
[/caption]

Motif batik yang paling kiri adalah ciri khas batik Yogya. Yang tengah batik Cirebonan, dan yang paling kanan adalah batik khas pesisir Pekalongan. Ketiga karakter batik dipadukan dalam satu helai kain sutra/tenun. Perpaduan yang sangat apik dan inovatif. Sungguh sebuah karya batik tulis yang sangat mengesankan. Very…very…excellence!!!

[caption id="attachment_178418" align="alignnone" width="300" caption="Muhammad Romi Oktabirawa, Pengusaha dan Pengrajin Wirokuto Batik..."]

13376818712047970356
13376818712047970356
[/caption]

Mungkin, dan berani saya sebut, bahwa ide penggabungan batik tiga karakter ini, sangat eksklusif dan hanya ada di Pekalongan. Adalah Muhammad Romi Oktabirawa, pengrajin sekaligus pengusaha batik tulis asal Pekalongan, Jawa Tengah. Lahir di Pekalongan 30 Oktober 1973. Ia adalah generasi keempat dari pasangan pengrajin batik dari kota pesisir utara Jawa Tengah ini bernama HM Rejeki dan Hj Setyaningrum. Ia pemilik Wirokuto Batik.

[caption id="attachment_178419" align="alignnone" width="300" caption="Sosok Inspiratif di balik sukses Three Culture Wirokuto Pekalongan..."]

13376819211946934916
13376819211946934916
[/caption]

Sejak menyelesaikan studi di SMA Muhammadiyah 1 Pekajangan, Pekalongan, pada tahun 1992, ia sudah bergelut dalam dunia batik. Sejak ia pulang studi Ilmu Syariah di Universitas Al Azhar Mesir tahun 1995, ia mulai berlari kencang menggembangkan usaha batik tulis Wirokuto, warisan sang orangtua.

Tahun demi tahun usaha berkembang dengan jumlah 500 masyarakat desa yang diberdayakan. Bosan dengan mainstream batik pesisir, yang berciri khas naturalis dan kaya warna, ia membuat gebrakan spekatkuler. Hingga tahun 2005, ia mengeluarkan ide briliannya; menggabungkan tiga budaya nusantara dalam satu karya batik tulis. Pareo tenun batik Three Culture atau tiga budaya namanya.

Inilah sebagian karya Three Culture yang dikembangkan pembatik-pembatik Wirokuto.

[caption id="attachment_178421" align="alignnone" width="300" caption="Three Culture Batik; Pekalongan, Medan, Solo..."]

133768198556599830
133768198556599830
[/caption] [caption id="attachment_178422" align="alignnone" width="300" caption="Three Culture Batik; Bali, Pekalongan, Medan..."]
1337682038119337705
1337682038119337705
[/caption] Sangat-sangat kreatif...Ia berani mendobrak pakem batik. Semuanya dilakukan demi pembaruan dunia perbatikan. “Sebuah karya tak terbatas oleh satu kebiasaan,” tegas Romi kepada saya awal Mei ini. “Paling tidak, kita punya banyak ragam budaya yang dapat dituangkan dalam seni membatik ini,” tandasnya penuh semangat.

Tak salah, bila konsep dan ide brilliannya; Three Culture, itu mendapatkan enghargaan Seal of Excellence for Handicraft pada tahun 2006 dan 2007 dari UNESCO Asia Pasifik yang berpusat di Bangkok, Thailand. Selain itu, batik tiga budaya ini juga mendapat penghargaan khusus dari Asosiasi Promosi dan Pengembangan Kerajinan ASEAN, dan Kreasi Cipta Kriya Nusantara dari Dewan Kerajinan Nasional (Dekranas) untuk kategori Kriya Potensi Ekspor dan Kreasi Kriya Nusantara Terbaik. Sebuah prestasi dari kreasi yang berdedikasi.

13376821351770880839
13376821351770880839

“Kualitas dan Kerja Keras tanpa Batas. Tentunya, menghasilkan Identitas yang Berkelas….” Begitulah support saya kepada bung Romi. Kepada saya pula, si bung penggila dunia motocross dan adventure ini, sangat yakin bahwa budaya bangsa tidak akan habis terkikis oleh gaya-gaya modern. Asalkan, “Kita lebih peduli dalam mengapresiasi budaya sendiri,” ujarnya. Selamat! Teruslah BERKARYA. Sekian. Salam…(rizaldo, karpetmerah 20120522)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun