Belum lama ini, saya mengenal sosok wanita yang sangat luar biasa. Bagi saya ia sangat sederhana dan bersahaja. Sekilas tak ada yang istimewa. Namun, kursi roda disampingnya adalah sesuatu yang istimewa di balik senyum manisnya. Ia adalah Wantiyah, wanita kelahiran bantul 12 Oktober 1975. Memiliki satu anak bernama Muhammad Yusuf Aji Ramadhan.
[caption id="attachment_170814" align="aligncenter" width="300" caption="Wantiyah"]
Kisah hidupnya diawali ketika usia 3 tahun. Ia harus hidup dengan kedua kaki lumpuh akibat virus poliomyelitis. Dari hari ke hari, tahun demi tahun, Ia harus hidup dengan keterbatasan (cacat kaki). Ia pun berbesar hati, bahwa ini adalah garis hidup yang harus dijalaninya. “Bagi saya keterbatasan atau kekurangan tak perlu dijadikan halangan. Di sisi lain dapat menjadi semangat tersendiri untuk mengatasi tantangan yang dihadapi,” ujar Wantiyah membuka kisahnya kepada saya.
[caption id="attachment_170815" align="aligncenter" width="300" caption="Wantiyah di meja kerja sebagai staf administrasi Mandiri Craft Bantul"]
Tak ingin larut dalam kesedihan, tak ingin hanya menenggadahkan tangan, tak mudah putus asa, tak mau patah arang, ia pun berjuang kanan-kiri untuk menjadi pribadi yang tak mau dipandang sebelah mata. Maklum, maaf kalau saya salah…, masih banyak anggapan masyarakat penyandang cacat tidak bisa melakukan atau berbuat apa-apa. Salah. Itu salah besar!!!
[caption id="attachment_170816" align="aligncenter" width="300" caption="Wantiyah, Lulusan Sarjana Hukum UNS Surakarta"]
Subhannallah…sungguh luar biasa. Perjuangan yang tak sia-sia. Berbekal tekad tak ingin putus asa, Wantiyah menjelma menjadi wanita super yang berdaya. Hingga akhirnya, ia berperan sentral sebagai staf administrasi dalam usaha kecil dan menengah kerajinan tangan mainan edukatif dan kreatif anak-anak.
Bernama Mandiri Craft, gagasan Yayasan Penyandang Cacat Mandiri, inilah Wantiyah berkarya. Di bengkel seluas 3000 meter persegi yang terletak di Dusun Gatak, Desa Timbulharjo, Kecamatan Sewon, Bantul, Yogyakarta, bersama 50 difabel, Wantiyah berkreasi meski dengan keterbatasan. Di sini, setiap tuna daksa dilatih berketrampilan dengan rasa kebersamaan.
[caption id="attachment_170817" align="aligncenter" width="300" caption="Para Difabel berkarya..."]
Meski terbatas, ia dan rekan-rekannya diberikan kelimpahan keterampilan yang memang luar biasa. Kendati tidak sempurna, para perajin difabel ini mampu menghasilkan rata-rata 2.000 item mainan dan puzzle per bulan.
[caption id="attachment_170818" align="aligncenter" width="300" caption="Mainan edukatif dan kreatif karya sahabat difabel..."]
[caption id="attachment_170819" align="aligncenter" width="300" caption="Karya Difabel Mandiri Craft..."]
[caption id="attachment_170825" align="aligncenter" width="300" caption="Puzzle edukatif buatan tangan-tangan kreatif "]
[caption id="attachment_170821" align="aligncenter" width="300" caption="Difabel Mandiri, meski kehilangan tangan kanan, Wintolo tetap bersemangat membuat karya"]
Ingat…di dunia ini tidak ada manusia yang tercipta sempurna. Meski terbatas, dengan bekal ketrampilan dan pengetahuan, mereka memiliki kepercayaan diri, mampu mandiri dan bermanfaat bagi masyarakat.
[caption id="attachment_170823" align="aligncenter" width="300" caption="Semangat pantang menyerah membuat sahabt-sahabat ini memiliki sikap percaya diri..."]
Tulisan ini, saya dedikasikan untuk perjuangan hidup seorang Wantiyah dan sahabat-sahabat Mandiri Craft, yang tak mengenal menyerah; Mengubah Kelemahan Menjadi Prestasi Luar Biasa…Salam. (rizaldo, karpetmerah 20120409)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H