Di mulai tahun 1997. Usaha kerajinan fiber 2006 memenuhi pasar lokal, 2007 mulai pasar ekspor. Java Fiber Art, UKM spesialis souvenir fiber ini dari tahun ke tahun cukup membuatnya mampu menghidupi istri, tiga anak, serta 50 ibu rumahtangga di sekitar pabrik.
[caption id="attachment_164713" align="aligncenter" width="300" caption="50 ibu rumahtangga diberdayakan"]
Sungguh cantik aneka patung miniatur kartun ini...
[caption id="attachment_164714" align="aligncenter" width="300" caption="souvenir kartun mickey mouse dkk..."]
”Bagi kami omzet berapapun tidak akan memuaskan. Yang terpenting, banyak masyarakat desa sekitar sini mendapatkan pekerjaan dan penghasilan yang memadai,” tambah pria kelahiran Jombang 12 April 1970 ini, seraya tangan kanannya menunjuk ke karyawan bagian produksi di pabriknya yang sederhana itu.
Talenta seni rupa yang dimilikinya, berhasil membuka lapangan pekerjaan. “Alhamdulillah berkat usaha fiber ini saya bisa membantu suami mencari nafkah,” ujar Ani, karyawan bagian penghalusan. “Saya bangga hasil kerja saya dan temen-temen dihargai di luar negeri,” kata Titin, karyawan bagian finishing. “Saya dulu buruh tani, kalau pas panen aja dapet duit. Sekarang alhamdulillah tiap bulan dapat uang dari usaha fiber ini,” tegas Ali, bagian pengecatan.
Ludes Terbakar
Usaha kerajinan fiber Java Art ini tak selamanya berjalan mulus. Untung kecil, bahkan rugi besar, pernah dirasakan. Tepatnya 2009 silam. Pabrik seluas 1000 meter persegi miliknya ini ludes dilalap si jago merah. Semua ruang kerja, stok produksi, mesin pencetak, bahan baku, serta surat-surat transaksi penjualan, hangus menjadi abu.
Akibat kebakaran itu, Java Fiber Art mengalami kerugian sangat besar. Semua investasinya bertahun-tahun ludes terbakar. Tak ada yang tersisa. Alat produksi, stok bahan baku, stok produk jadi, serta surat-surat berharga lainnya, hangus dilalap si jago merah.
Saat itu, yang menjadi beban adalah sebanyak 40-an karyawan menganggur tanpa penghasilan. “Semuanya ludes. Investasi bertahun-tahun tidak ada sisanya. Saat itu yang ada pikiran kami sekitar 50-an karyawan bakalan nganggur, kami enggak tega,” ujar Natalia, istri Roni sekaligus merangkap penanggungjawab produksi pabrik.
[caption id="attachment_164720" align="aligncenter" width="300" caption="Roni Apriyanto, sang pengrajin Fiber"]
Bangkit dengan Komitmen
Saya pun larut dalam keharuan cerita usaha fiber ini. Salut! Usaha fiber asli Kota Santri, Jombang, ini pun kembali bangkit seiring dengan berkobarnya api semangat pantang putus asa. Bahkan, kini kontribusi fiber dapat membawa efek multiplier UKM. Dari tangan dingin Roni dan Natalia, lahirlah pengrajin pernak-pernik fiber secara mandiri.
[caption id="attachment_164724" align="alignright" width="300" caption="Iis bersama 15 pekerja UKM fibernya"]
Cita-citanya, ingin memberikan pekerjaan ibu-ibu pedesaan. Tiap hari, di pabrik seluas 70 meter persegi ini, bersama 15 orang, ia memproduksi ratusan pesanan souvenir pernikahan. “Alhamdulillah omzet usaha saya ini sebesar 5 juta rupiah, dan memperkerjakan 15 ibu-ibu rumah tangga sekitar sini,” ujar Iis penuh semangat. Berkat tangan dingin Roni dan Natalia, usaha fiber-nya berkembang pesat.
Kini, sosok Roni Apriyanto telah tumbuh menjadi salah seorang enterpreneur yang bersahaja dan tetap rendah hati. Kunci sukses bagi Roni Apriyanto adalah, “Punya kemauan, komitmen, kerja keras, pantang menyerah dan berdayakan masyarakat. Intinya kita saling membantu,” Salam…(rizaldo, karpetmerah 20120305)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H