Mohon tunggu...
Rizal Kasim
Rizal Kasim Mohon Tunggu... profesional -

Blogger - Online Strategist

Selanjutnya

Tutup

Money

Polemik Promosi Pariwisata Indonesia (Dari Miss World, SIPA, Hingga Merchandise)

4 Oktober 2013   11:11 Diperbarui: 24 Juni 2015   07:00 221
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Penyelenggaraan Miss World pada akhir September 2013 di Indonesia memang benar-benar penuh dengan kontroversi. Perbedaan pendapat antara MUI dan pemerintah menjadi salah satu alasan utamanya. Miss World dianggap sebagai kontes yang terlalu mengedepankan nilai-nilai barat dan tidak sesuai dengan budaya bangsa Indonesia oleh beberapa pihak. Sedangkan pihak pemerintah dan penyelenggara, menganggap bahwa kontes Miss World adalah sebuah langkah besar bagi promosi pariwisata Indonesia.

Yang mana yang benar? Kita tidak bisa menilainya begitu saja. Namun, terlepas dari apapun argumentasi yang dilancarkan oleh kedua belah pihak, pada akhirnya Miss World tetaplah terlaksana dengan predikat sebagai ‘kontes Miss World paling sukses’.

Yang menarik dari kontes ini adalah, memang pada kegiatan promosi pariwisata Indonesia yang cukup besar. Pada perhelatan ini, kontestan tidak diperkenankan menggunakan bikini dan pakaian-pakaian minim lainnya. Sebaliknya, para kontestan didaulat untuk mengenakan pakaian nasional Indonesia. Karenanya, Kebaya, Songket khas Bali, dan berbagai pakaian Indonesia lain menjadi semakin terkenal di mata masyarakat.

Tidak hanya itu saja, dalam berbagai liputan media pun, diberitakan mengenai kegiatan para kontestan yang mengunjungi tempat-tempat wisata di Bali. Dan tak lupa, mereka juga membeli souvenir khas Bali yang tentunya saat dibawa pulang ke Negara masing-masing, sekaligus akan menjadi barang promosi bagi Indonesia.

Memang, adanya Miss World yang diadakan di Indonesia adalah sebuah kegiatan promosi yang powerful untuk pariwisata Indonesia. Budaya, kesenian, dan souvenir (merchandise) Indonesia akan dikenal lebih banyak oleh masyarakat internasional. Namun, bagaimana dengan kegiatan promosi wisata lain yang dilakukan di Indonesia?

[caption id="" align="alignnone" width="620" caption="Foto by : Tempo"][/caption]

Alternatif lain bagi kegiatan promosi pariwisata di Indonesia

Dalam bulan yang sama dengan penyelenggaraan Miss World, di Solo juga diadakan sebuah event yang sebenarnya berpotensi memperkenalkan budaya Indonesia ke luar negeri. Event itu adalah SIPA (Solo International Performing Art). Acara ini menampilkan performa dari para artist (Seniman) di luar dan dalam negeri untuk tampil menghibur publik Solo. Dan melihat penampilan dari para performer di panggung, seharusnya acara ini dapat lebih mempromosikan Indonesia.

Nyatanya, media coverage bagi acara ini terbilang sangat minim. Media nasional tidak terlalu memberikan porsi yang besar untuk SIPA. Akhirnya, acara yang memiliki potensi besar untuk meningkatkan nama Indonesia inipun, sekedar menjadi acara kesenian daerah yang hanya dinikmati oleh masyarakat Solo dan sekitarnya.

Padahal, SIPA seharusnya tidak terlalu berbeda dengan Miss World. Keduanya sama-sama menghadirkan peserta acara dari luar negeri, hanya saja memang Miss World tidak selalu diadakan di Indonesia, sedang SIPA sudah tiga kali ini dihadirkan di Indonesia.

Namun, setidaknya ini menjadi bukti bahwa kegiatan promosi pariwisata masih belum dioptimalkan di Indonesia. Kegiatan promosi wisata di Indonesia memang masih belum seheboh Malaysia dan (apalagi) Singapura.

Mungkin itulah alasan mengapa banyak pihak beranggapan bahwa mempromosikan pariwisata Indonesia adalah alasan yang dipaksakan oleh pemerintah dalam menyelenggarakan Miss World. Karena nyatanya, dalam kesempatan yang lain, pemerintah justru terkesan tidak serius dalam mempromosikan pariwisata Indonesia ini kepada dunia. Namun sekali lagi, kontes Miss World kemarin memang terbukti sudah menjadi kegiatan promosi yang ampuh.

Merchandise sebagai media promosi pariwisata Indonesia

Kita mungkin pernah bertemu dengan teman-teman kita yang baru saja pulang dari luar negeri. Kebanyakan dari mereka memberikan teman dan saudaranya oleh-oleh dari negeri seberang itu. Apa yang biasanya menjadi oleh-oleh? Salah satu yang paling banya kita temui adalah gantungan kunci dengan lambang atau ciri khas dari negara tersebut. Sebut saja gantungan kunci berbentuk singa khas Singapura.

Melihat hal itu, tentu kita sadar, bahwa salah satu cara yang paling ampuh dalam mempromosikan wisata Indonesia adalah melalui merchandise atau barang promosi. Dengan memproduksi merchandise khas Indonesia yang berkualitas bagus dalam jumlah besar, maka Indonesia pun akan semakin dikenal. Bukan hanya sekedar bagian-bagiannya saja, melainkan Indonesia.

Fakta bahwa masyarakat Internasional lebih mengenal Bali dibanding Indonesia menunjukan bahwa wisata Indonesia masih berjalan sendiri-sendiri dalam mempromosikan diri. Masing-masing daerah saling berlomba untuk menampilkan daerahnya supaya  semakin terkenal. Namun, dalam lomba yang sebenarnya sangat positif itu, lantas ciri khas dari Indonesia sendiri justru tidak keluar. Entitas Indonesia, justru terkikis oleh entitas masing-masing daerahnya.

Karena hal tersebut di atas, penting rasanya untuk menonjolkan merchandise yang berbau Indonesia secara berkualitas. Perusahaan merchandise nasional seperti Cera Production, juga meyakini bahwa merchandise dan ‘tanda mata’ yang indah dari Indonesia akan membuat pariwisata Indonesia semakin terkenal.

Akan sangat mubazir jika event-event Internasional seperti Miss World, SIPA, dan lain-lain tidak membawa pulang merchandise berkualitas yang menampilkan karakter Indonesia sebagai sebuah negara kesatuan yang utuh, Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Mohon tunggu...

Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun