Dini hari di bulan baru, jarak terbentang ribuan kilometer berbeda waktu.
Pukul tiga lebih sepuluh, kentongan kecil dipukul beradu.
Bersahutan generasi cilik membangunkan  dari lelapku.
Bersantap makan, masakan hangat penghilang rindu.
Riuh ibukota sepanjang waktu menjadi alasan menuntut ilmu menjauh darimu.
Demi cita cita dan mewujudkan inginmu.Â
Jauh sebelum itu, aku rindu engkau menarik selimutku.Â
Mengingat memintaku berwudhu agar kantuk menjauh dari pelupukku.Â
Kadang masih sempat engkau baca satu atau dua surat kitab suci sembari menunggu kami.
Menyentuh pipi sembari memanggil nama, untuk mengingatkan bahwa bulan ramadan telah tiba.
Entah jam berapa engkau sudah membuka mata, yang kami tahu. Engkau siapkan semua.