Di zaman yang penuh hingar bingar ini pastinya kita tidak asing lagi dengan berbagai macam konflik yang disebabkan oleh banyak faktor. Saya selaku maba uin suka fakultas ilmu sosial humaniora tahun 2022, tidak akan pernah melupakan kejadian yang menodai jalannya rangkaian acara pbak. Sabtu (20/8/22) tepatnya pada hari terakhir saat acara pengenalan budaya akademik kemahasiswaan (pbak) terjadi pembubaran sepihak yang dilakukan oleh pihak rektorat pada hari terakhir kegiatan tersebut. Dimana pihak rektorat yang mempunyai kuasa untuk menentukan jalannya acara dan pihak mahasiswa yang tidak mempunyai cukup kewenangan untuk mengambil keputusan karena keputusan akhir tetap berada ditangan yang mempunyai otoriter kuat. Menurut saya hal peristiwa ini merupakan contoh teori konflik Ralf Dahrendorf. Dimana mahasiswa tidak memiliki kewenangan dalam menolak perintah atasan, karena dalam hal ini rektor lah yang memiliki otoritas.Â
Saya mengenal teori konflik Ralf dahrendorf dari berbagai macam media dan literatur informasi yang saya akses salah satunya jurnal yang berjudul "Teori Konflik Sosiologi Klasik dan Modern". Jurnal ini membantu kita memahami karena banyaknya teori konflik membutuhkan pemetaan untuk memudahkan kita dalam mengenal dan memahami berbagai teori konflik yang ada. Secara sederhana bisa dikelompokkan ke dalam 2 hal yaitu klasik dan modern. Jadi sepemahaman saya Ralf dahrendorf awalnya memandang teori ini sebagai parsial menganggap teori tersebut merupakan perspektif yang dapat dipakai untukÂ
menganalisa fenomena sosial. Ralf Dahrendorf menganggap masyarakat bersisi ganda, memiliki sisi konflik dan sisi kerja sama. Dalam hal ini konflik dapat diposisikan sebagai tataan sosial yang dianggap sebagai manipulasi dan pengendalian atau kontrol dari kelompok dominan yang menganggap bahwa perubahan terjadi dengan sangat cepat. Sedangkan sisi kerja sama adalah hal yang dapat menciptakan adanya persamaan nilai moral dan norma-norma dalam masyarakat yang dianggap penting bagi keberlangsungan dan perkembangan masyarakat, sehingga muncullah rasa saling membantu antar anggota masyarakat dan dari situlah terjadi integrasi.Â
Kekuasaan yang ada alam teori ini dibagi menjadi dua yaitu orang yang berkuasa dan orang yang dikuasai. Kelompoknya dibedakan menjadi tiga kelompok yaitu kelompok semu, kelompok kepentingan (Manifest), dan kelompok konflik. Kelompok semu adalah kumpulan dari para pemegang kekuasaan (jabatan) dengan kepentingan sama yang terbentuk karena munculnya kelompok kepentingan.Â
Ralf Dahrendolf, lahir di Hamburg, Jerman pada tanggal 01 Mei 1929 dan meninggal 17 junj 2009. Sekitar tahun 1947 – 1952, Ralf Dahrendolf belajar mengenai filsafat, psikologi, dan sosiologi Di Universitas Hamburg, dan meraih gelar doctor filsafat pada tahun 1952. Selain berkecimpung di dunia keilmuan, Ralf Dahrendolf juga masuk kedunia politik di jerman. Walaupun Ralf Dahrendolf lahir di Jerman, tetapi kiprahnya lebih banyak dilakukan di Inggris dan pada akhirnya tahun 1986 – 1997 menetap di Iggris dan menjadi warna negara Inggris pada tahun 1988. Karya utama dari Ralf Dahrendorf adalah Class and Class Conflict in Industrial Society (1959). Tokoh-tokoh yang mempengaruhi Ralf Dahrendorf yaitu Karl Marx mengenai ramalannya tentang revolusi kelas.Â
Tualeka, Nur. 2017. "Teori Konflik Sosiologi Klasik dan Modern". Jurnal Al- Hikmah, 3(1), 39-42 .
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H