Setelah sekian lama pemberontakan yang dilakukan oleh syiah houthi di ibukota Yaman sana’a, akirnya minggu 21 september 2014 kemarin Muhammed Basindwa harus rela melepaskan jabatanya sebagai Perdana Mentri Yaman. Dan beberapa jam selepas mundurnya Perdana Mentri Yaman tersebut terjadi kesepakatan antara kedua belah pihak yang ditengahi oleh Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB).
Menurut laporanBBC, minggu, 21 September 2014, Syiah Houthi mengaku telah merebut markas-markas besar Pemerintah, Kementerian-Kementerian, dan lembaga penyiaran Negara. Dalam benterokan tersebut setidaknya melumpuhkan beberapa fasilitas umum salah satunya seperti bandara yang terletak di ibukota yaman sana’a
Peristiwa pertempuran antara pemberontak Syiah Houthi dengan tentara Pemerintah tersebut dilaporkan telah menelan korban jiwa yang cukup banyak, dimana 100 orang dinantaranya meninggal dunia.
Kerusuhan tersebut diawali dengan pergerakan yang dilakukan oleh kelompok Syiah Houthi yang tersebar di wilayah utara Yaman menuju ibu kota sana’a.
Dalam pemberontakan tersebut, terlihat ada kesan dari kelompok Syiah Houthi untuk merebut kekuasaan yang selama ini dipegang oleh kalangan muslim sunni, terlebih setelah mereka melihat keberhasilan kelompok syiah di kawasan timur tengah lain yang berhasil menguasai Pemerintahan, seperti syiah di Irak dan syiah di Suriah dll.
Dan selain itu ada kemungkinan juga bahwa kelompok pemberontak syiah tersebut ingin menjadikan wilayah Utara Yaman yang didominasi syiah sebagai Negara tersendiri.
Terlebih, dahulu Yaman Utara dan Yaman Selatan merupakan negara yang tepisah, namun tahun 1990 berkat Ali Abdullah Saleh Yaman Untara dan Yaman Selatan berhasil disatukan.Yang jelas kita hanya bisa menunggu apa yang akan dilakukan Syiah di Yaman.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H