Mohon tunggu...
Rizal FaqrulFebri
Rizal FaqrulFebri Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

-

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menggerakkan Roda Ekonomi Pedagang Pentol dan Tiwul Jingglong di Masa Pandemi

8 September 2021   08:34 Diperbarui: 8 September 2021   08:44 412
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : Dok. Rizal Faqrul (Gambar 2. Penulis bersama sasaran produksi pentol, 14 Agustus 2021)

Kelurahan Jingglong merupakan salah satu kelurahan yang terletak di Kecamatan Sutojayan, Kabupaten Blitar. Kelurahan ini terdiri dari dua dusun yakni Dusun Jingglong dan Dusun Bening. Untuk infrastruktur, di Kelurahan Jingglong cukup memadai, dapat dilihat dari sarana dan prasarana yang ada seperti jalan raya, sekolah, sarana kesehatan, dan sarana prasarana lainnya. Secara umum Kelurahan Jingglong memiliki potensi yang besar dibidang industri atau wirausaha. Beberapa usaha mikro yang dikelola warga diantaranya konveksi, kuliner, mebel dan lain -- lain. 

Dari beberapa bidang usaha tersebut yang paling menonjol adalah di bidang kuliner, yang paling terkenal yakni industri sambel pecel "Lambe Ndower" yang pernah dipercaya sebagai partner salah satu maskapai penerbangan dan produksi jenang "Jarkasi" yang telah dikirim di beberapa daerah. 

Selain kedua usaha kuliner tersebut masih banyak UMKM dibidang kuliner lainya yang tersebar di Kelurahan Jingglong seperti sale pisang, stik bawang, keripik pisang, madu, frozen food, kue basah dan masih banyak lagi. Walaupun tidak sebesar kedua industri sebelumnya, tetapi dalam kondisi pandemi covid 19 sektor wirausaha / UMKM tetap berusaha survive dan bertahan walaupun banyak tantangan yang melanda para pelaku UMKM tersebut. Tidak terkecuali adalah UMKM sasaran dari penulis yakni produksi pentol skala rumahan milik ibu Windy serta usaha produksi nasi jagung dan nasi tiwul kering milik bapak Karni.

Pada sasaran pertama yakni produksi pentol skala rumahan milik ibu Windy. Usaha milik ibu Windy ini sudah ada sejak tahun 2015. Ibu Windy melakukan produksi pentol ini dirumahnya dengan dibantu suaminya dalam memasarkan produknya, sebelum pentol di produksi (dicetak), untuk meracik adonannya ibu Windy biasanya melakukan penggilingan di pasar dengan bahan utama daging ayam dan sapi, selain itu juga dicampur berbagai rempah dan tepung tapioka. 

Sebelum pandemi dalam satu minggu beliau dapat melakukan dua sampai dengan tiga kali produksi pentol, dalam satu kali produksi dapat mencetak sekitar 1200 pentol. Tetapi semejak pandemi ini beliau hanya melakukan dua kali bahkan pernah hanya satu kali produksi saja.

Dalam proses pemasaran beliau mengalami kesulitan karena adanya penurunan, pada hari biasa penjualan pentol berkisar 200 - 300 biji dan 400 biji dihari minggu ataupun libur. Sampai saat ini beliau menjual pentol tersebut masih dengan cara konvensional, yakni bergantung dengan tempat wisata bendungan Wlingi Raya yang ada di Kabupaten Blitar. 

Suami beliau kontrak di objek wisata tersebut dengan membayar iuran tiap tahun. Suami ibu Windy menjajakanya menggunakan gerobak dan dibungkus menggunakan plastik biasa. Ibu Windy menuturkan bahwa ketika pandemi, tempat wisata Wlingi Raya sering diberlakukan jam buka dan tutup, apalagi banyak polisi yang selalu keliling yang membuat orang lewat pun sepi dan ketika PPKM karena adanya kebijakan pemerintah objek wisata tersebut sering ditutup. 

Karena ini merupakan usaha satu -- satunya dari ibu Windy maka beliau tentu merasa sangat kesulitan atas hal tersebut. Ibu Windy sebenarnya tertarik untuk memasarkan produknya melalui media sosial, bahkan beliau juga sudah mempunyai sarana komunikasi berupa handphone android. Tapi beliau masih kebingungan bagaimana cara promosi serta menawarkan produk tersebut. 

Sumber : Dok. Rizal Faqrul (Gambar 2. Penulis bersama sasaran produksi pentol, 14 Agustus 2021)
Sumber : Dok. Rizal Faqrul (Gambar 2. Penulis bersama sasaran produksi pentol, 14 Agustus 2021)

Pada sasaran kedua yakni UMKM produksi nasi jagung dan nasi tiwul kering skala rumahan milik bapak Karni, usaha ini sudah ada sejak tahun 2019 dalam proses pembuatanya dikerjakan langsung oleh bapak Karni dan dibantu oleh anaknya, sedangkan istrinya bertugas dalam pengemasan produk tersebut. Produk utama dari usaha ini adalah nasi jagung kering, sedangkan untuk nasi tiwul keing masih sangat baru yakni berjalan sekitar satu bulan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun