Mohon tunggu...
Mukhammad Rizal
Mukhammad Rizal Mohon Tunggu... -

Indikasi Geografis Jepara yang dibangun atas dasar filosofi membangun kesadaran produsen dan konsumen mebel ukir Jepara dalam kesetaraan kepentingan yang saling menguntungkan dengan mengedepankan etika bisnis dalam rangka pemberdayaan dan peningkatan nilai tambah dari seluruh rantai nilai produksi mebel Jepara.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Seni Ukir pada Masa Kartini | IG Jepara

9 Mei 2011   04:36 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:55 209
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

IGJEPARA.COM, Jepara- Kerajinan ukir mengalami perkembangan lebih lanjut secara pesat setelah kemunculan RA Kartini.

Beliau yang juga putri keempat dari R.M.AA Sosroningrat, Bupati Jepara yang memerintah sejak tahun 1880-1905. Pada masa RA Kartini yang mampu memberikan kontribusi yang luar biasa karena jaman dahulu ukiran khas Jepara hanya dibuat untuk kepentingan bangsawan saja.

Hal demikian lantas membuat rakyat Jepara pada jaman dulu belum memiliki penghasilan atas karya ukiran tersebut. Atas dasar pemikiran R.A Kartini yang berharap agar seni ukir Jepara bisa diproduksi secara massal dan semua rakyat bisa membuatnya. Akibatnya, perajin atau rakyat biasa mampu meningkatkan penghasilan keluarganya melalui kegiatan pembuatan kerajinan ukiran tersebut.

Dari masa Kartini muncullah aspek ekonomi, karena menyangkut aspek desain. hal tersebut terlihat dari pemikiran-pemikiran Kartini dalam merencanakan dan memotivasi perajin ukirannya untuk dapat membuat barang-barang dengan hiasan ukiran yang dapat diperdagangkan dengan harga yang lebih baik. Tidak hanya itu, barang hasil kerajinan masyarakat Jepara ini juga harus mampu diperdagangkan di pasaran yang lebih luas.

Seiring datangnya kolonial Eropa di abad 16, terjadi sebuah akulturasi budaya dimana seni ukir Jepara dipadukan dengan barang-barang kantor seperti meja, kursi, almari dan lainnya. Hal ini dikarenakan bangsa kolonial menganggap produksi perabotan kantor yang didatangkan langsung dari negaranya dianggap kurang efisien, sehingga dilakukanlah proses produksi barang perabotan kantor tersebut di Indonesia.

Pada akhirnya, gaya ukiran khas Jepara kadangkala mengalami modifikasi sesuai pesanan orang Eropa sehingga dalam hal ini mengalami akulturasi budaya yang kuat. Bahkan dalam perkembangannya terjadi dua buah perkembangan model jenis ukiran kayu, satu berbentuk ke arah gaya tradisional dan satu lagi mengalami perkembangan bentuk baru.

(IGJEPARA.COM/ May 09, 2011)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun