IGJEPARA.COM- Permintaan gebyok ukir dari kayu untuk penyekat ruangan atau pintu rumah sudah hampir sebulan terakhir ini kembali bergairah. “Terutama permintaan dalam negeri,” ucap Zaenul, perajin gebyok asal Desa Tahunan, Kabupaten Jepara, Jumat (17/12). Menurut Zaenul, permintaan dalam sebulan berkisar 50 unit. Sementara pasar ekspor gebyok ukir, kata Zaenul, masih lesu. Sebelumnya permintaan berasal dari Australia, Eropa dan sebagian ASEAN. “Harganya lima kali lipat pasar lokal,” ujar Zaenul. Pusat gebyok ukir berada di Kabupaten Jepara dan Kudus. Gebyok relif ukir mulai diminati orang sekitar 10 tahun silam, setelah gebyok kuno buatan abad ke 16 tidak lagi dijual pemiliknya. Di Kudus saja saat ini diperkirakan hanya tersisa sekitar 60 unit rumah gebyok ukir dan oleh pihak Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kab Kudus rumah gebyok ukir tersebut dijadikan cagar budaya yang tidak boleh diperdagangkan. Berangkat dari larangan itu, para perajin ukir di Kudus dan Jepara mengembangkan usahanya ke gebyok dengan mengopi desain rumah gebyok abad ke 16. Untuk pasar lokal, peminatnya kebanyakan dari Jakarta, Bandung, Surabaya, Yogyakarta dan Medan. Gebyok ukir ini biasanya digunakan untuk asesoris rumah atau hotel, terutama di pasang di ruang tamu dan pintu masuk. “Ini banyak diminati orang kota,” ucap Zaenul.. Menurut Zaenul, harga gebyok ukiran sederhana buatan Jepara ukuran 1 x 2 meter dengan bahan kayu jati dan belum finising, berkisar Rp 1,5 juta. “Lebarnya tergantung permintaan, bisa sampai 20 meter,” ujarnya. Sedangkan perajin asal Kudus, mematok gapura ukir dengan harga Rp 4,5 juta, gebyok ukuran tiga meter Rp 10 juta dan gebyok ukuran empat meter Rp 14 juta. “Ini harga di luar biaya kirim,” ucap Abdul, perajin Gebyok Antik, Kudus. Selain memproduksi gebyok, Abdul juga membuat gazebo. Alasannya, peminat gazebo juga cukup bagus. Harga gazebo ukuran 2 x 3 meter Rp 16 juta. “Bahannya dari kayu jati,” ujar Abdul. Jika bahan gebyok dan gazebo dari kayu mahoni harganya 30 persen lebih murah dari bahan jati. Menurut Hendrik, perajin asal Desa Sidorekso, Kecamatan Kaliwungu Kab. Kudus, permintaan pasar gebyok dalam negeri yang laku adalah motif Kudus, terutama motif ni bunga melati. “Sekitar 95 persen permintaannya motif bunga melati, “ kata Hendrik. Peminat gebyok Kudus umunya datang dari berbagai daerah di Indonesia. “Tapi terbesar dari Jakarta,” katanya. (IGJEPARA.COM/ March 22, 2011)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H