Mohon tunggu...
Rizal Djati Dwisepta
Rizal Djati Dwisepta Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Ilmu Sejarah Universitas Airlangga

Traveller

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Penggunaan Dialek Ngapak dalam Berkomunikasi sebagai Identitas Diri Budaya Lokal

27 Mei 2020   07:30 Diperbarui: 27 Mei 2020   07:30 292
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Banyumas merupakan wilayah yang terletak di Provinsi Jawa Tengah bagian selatan dengan memiliki pusat kota yaitu Purwokerto, namun pada zaman kolonial Belanda wilayah banyumas merupakan bentuk wilayah Eks-Karesidenan yang meliputi Banjarnegara, Purbalingga, Banyumas, Cilacap, dan Kebumen (Barlingmascakeb) sehingga kebudayaan Banyumas mencakup 5 wilayah Barlingmascakeb. 

Kebudayaan yang di miliki dari wilayah Banyumas memiliki ciri khas tersendiri terutama dalam dialek pengucapannya yang berbeda dengan dialek Jogja, Solo, ataupun Surabaya walaupun memiliki kesamaan menggunakan bahasa Jawa. Menurut Koentjaraningrat dalam bukunya yang berjudul Kebudayaan Jawa  mengatakan bahwa Banyumas sering kali di pandang sebagai wilayah marginal yang berkonotasi kasar, tertinggal dan tidak lebih beradab dibanding dengan kebudayaan yang berkembang wilayah negarigung (pusat kekuasaan kraton) yang dijiwai oleh konsep adiluhung. 

Kebudayaan Banyumas atau sering pula disebut budaya Banyumasan hadir sebagai kebudayaan rakyat yang berkembang di kalangan rakyat jelata yang jauh dari hegemoni kehidupan kraton. Bagi masyarakat Banyumas, bahasa Bayumasan merupakan bahasa ibu yang hadir sebagai sarana komunikasi sehari-hari. Hal ini seperti yang dikatakan Koentjaraningrat, orang Jawa memiliki pandangan yang sudah pasti mengenai kebudayaan Banyumas selain memiliki bentuk-bentuk organisasi sosial kuna yang khas, juga memiliki logat Banyumas yang berbeda.  

Namun, budaya Banyumas dalam penggunaan Dialek ngapak sudah menjadi budaya yang mencirikan identitas diri masyarakat asli banyumas sehingga ketika berinteraksi sosial dalam lingkungan masyarakat di wilayah yang berbeda bukan di wilayah Banyumas secara tidak langsung menjadi bawaan dialek dari daerah asal yang sulit di hilangkan dan pengucapannya sudah bervariasi antara bahasa Indonesia yang merupakan bahasa nasional dengan dialek ngapak Banyumas sehingga udah menjadi identitas budaya dari daerah asal setempat. 

Penggunaan Dialek ngapak tidak hanya di gunakan dalam wilayah Eks-Karesidenan Banyumas saja melainkan wilayah Tegal, Brebes, Pemalang, dan pekalongan juga mayoritas masyarakatnya menggunakan dialek ngapak, bahkan dialek ngapak terdengar ke Cirebon dan wilayah Jawa Barat yang berbatasan dengan Jawa Tengah lain, tapi sudah tercampur bahasa dan dialek Sunda.

Budaya Banyumas bila di bandingkan dengan kebudayaan Jawa yang lain memiliki keunikan tersendiri bagi orang lain yang bukan masyarakat asli Banyumas karena penggunaan dialek dalam tutur katanya mengandung arti tersendiri dan berbeda dengan bahasa dalam budaya mataraman Jogja atau Solo yang di kenal dengan penuturan kata yang sopan dan halus. 

Sebagai contoh ketika orang asli banyumas merantau ke luar dari wilayah Eks-Karesidenan Banyumas akan mengalami cultural shock karena tidak siap menerima kebudayaan yang baru pada tempat wilayah perantauan dan biasanya penggunaan bahasanya akan berbeda sehingga akan sulit di hilangkan dialek ngapak yang sudah menjadi bahasa kehidupan sehari – hari sejak usia kecil. 

Dialek ngapak sendiri ketika di gunakan bukan dalam lingkup wilayah Banyumas akan sedikit menonjol tutur katanya dan biasanya orang lain akan merasakan hal yang aneh serta menertawakannya karena dialeknya sangat berbeda dengan dialek kebudayaan Jawa pada umumnya sehingga orang yang berinteraksi dengan orang asli Banyumas memiliki perasaan dalam berkomunikasi yang berbeda. 

Penggunaan dialek dalam berinteraksi memang merupakan cerminan dari diri kita sendiri berasal dari mana lingkungan kita yang sebenarnya namun perlu di sadari juga bahwa kebudayaan di seluruh wilayah Indonesia memiliki ciri khas masing – masing baik dalam segi adat – isitiadat maupun rumpun bahasa dan harus bersikap toleransi saling menghargai kebudayaan satu sama lain walaupun budaya yang di miliki masyarakat Indonesia berbeda – beda akan tetapi harus bangga dengan budayanya masing – masing sehingga timbul keberagaman dalam Bhineka Tunggal Ika.    

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun