Dalam senandung hujan yang pilu,
Hatiku merintih, dicampak luka.
Cinta yang tulus, kini terhanyut,
Dalam gerimis, pengkhianat terkuak.
Embun menangis, membasahi pelusuk,
Seperti mataku, yang pernah terbuai.
Lelap cinta terjerat dalam reruntuhan,
Hancur luluh, bersama rintik hujan.
Kau, sang pengkhianat di balik bayang,
Senyummu perlahan menyatu dalam gerimis.
Cinta yang tulus kau remukkan,
Dalam guyuran, hatiku hancur berkeping.
Di tiap tetes hujan, terpahat derita,
Jejak langkahmu melukis penghianat.
Peluk erat tubuhku yang basah,
Seperti cinta kita yang sirna dalam gerimis.
Angin bertiup membawa serpihan hati,
Memisahkan kita dalam rintik hujan.
Lelah menangis, seolah hujan tak pernah reda,
Mengiringi langkahmu yang pergi membisu.
Dalam dingin malam, hati ini membeku,
Seperti tetesan hujan yang membekukan rindu.
Cinta yang dikhianati menjadi kenangan,
Dalam luka, aku menatap langit yang kelam.
Hujan menyaksikan kisah kita yang terhenti,
Seiring deru angin membawa perpisahan.
Cinta yang dikhianati, hanyut dalam rintik,
Menjadi puisi melankolis dalam hening malam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H