Mas Hans beberapa hari ini di buat galau, hatinya kacau balau, lagu Jatuh Bangun yang dinyanyikan Mick Jagger menjadi menu utama di pos ronda, entah sudah berapa pak rokok Djaja yang mengepul dan keluar dari mulutnya, bau rokok krektek khas desa itu sungguh menyengat jika sedang berada di pos ronda. Makan susah, tidur tak nyenyak begitulah keadaannya.
Sementara Dorma sang patnernya di pos ronda sudah beberapa hari tidak menampakkan batang hidungnya, alasan ke Mas Hans ada kesibukan baru yang di jalaninya, entahlah apa yang dimaksud oleh Dorma, ketika Mas Hans mencoba bertanya, Dorma hanya menggelengkan kepala, “Tidak perlu tau mas,” begitu katanya. Semakin cemas Mas Hans dibuatnya karena dia takut Dorma akan berpaling mencari pemuda lain dan mendua.
Sore itu, sudah beberapa kali Mas Hans bolak-balik dengan rute perjalanan yang sama, Pos Ronda – Warung gado-gado Ceu Nisa, ternyata ada yang sedang menjadi perhatiannya. Lelaki tampan dengan rambut gimbal yang khas, datang dengan membawa motor vespa. Kabar yang berhembus, sang pemuda sedang terpesona dengan kecantikan anak pertama Pak Kades, Jingga. Mas Hans seperti merasakan ada segumpal rasa cemburu di dalam hatinya.
"Aku harus mendapatkan Jingga, sebelum lelaki itu mendekatinya", Mas Hans berkata pada dirinya sendiri. "Apapun akan aku lakukan asalkan dia menjadi milikku", Ia pun melanjutkan ceracaunya. Lalu dengan langkah mantap Mas Hans menuju Klinik Cinta Ki Ade Bodo. Klinik yang sudah termashur kemana-mana, melayani berbagai macam problema rumah tanggga, cinta dan segala tetek bengeknya, dari pertengkaran, perselingkuhan, kejantanan sampai persalinan...( lho.. ini klinik apa dukun bayi ???).
Sampai juga Mas Hans di Klinik Ki Ade Bodo, tetapi tumben klinik Ki Ade sepi, "Syukurlah dengan begitu aku bisa puas dan leluasa berkonsultasi," Mas Hans tertawa sendiri, membayangkan wejangan yang akan di dapatkannya dari sang Aki. Tiba-tiba langkahnya terhenti, baru saja dia akan masuk ke ruang konsultasi, terdengar sayup-sayup ada yang sedang berbicara di dalam.
“ Hmmm … ya sudah sekarang rebahlah dan berbaringlah biar kupijit dan kubalur seluruh tubuhmu dengan minyak hangat,” Mas Hans mendengarnya dengan sayup-sayup, kadang terdengar jeritan kecil mirip desahan aahhh… aduuuhh….., tapi suara-suara itu begitu di kenalnya, Jingga perempuan yang diam-diam di kaguminya dan Dorma wanita TTM-nya (Teman Tapi mesranya kalau lagi Makan). Darah Mas Hans berdesir kencang naik ke ubun-ubun, "Apa-apan ini ?, kenapa dua wanita itu ada di dalam sana?", Diambilnya rokok Djaja yang tinggal sebatang dari kantong sakunya, lalu dibakar dan hembuskanya dalam-dalam, saking dalamnya sampai Dia terbatuk-batuk ketika menghembuskan asapnya.
Seseoarang mendengar suaru batuk itu dari kamar mandi, lalu segera ia keluar, namun dia tidak menjumpai pasien disana. Ki Ade Bodo dengan rokok klobot pembungkus tembakau dan cengkeh yang ia beli di pasar 3 hari yang lalu yang masih tergengam ditangan begegas ke pintu dan di lihatnya dari kejauhan Mas Hans berjalan sambil memukul-mukulkan pentungan di tangannya.
**********
"Kembang hiburlah aku dengan suaramu yang merdu," Mas Hans berkata dengan hati yang hampa.
"Oh pasti Mas, dengan rela hati Kembang akan lakukan," Kembang mengiyakan sambil mata genitnya mengerling manja.