"Aku sudah mengirimi gadis-gadis di desa ini sekuntum bunga dan ku selipkan puisi indah disana" Ki Ade Bodo berkata masih dengan penuh antusias.
"Memang apa yang diharapkan dari semua itu Ki?" Mas Hans menyahut, setelah hampir dua jam mereka berbincang, kopi sudah habis, hatinya mulai gundah.
"Lho jelas dong Mas dari sekian banyak gadis, masak sih tidak ada seorang pun yang memberikan tanggapan positif" Ki Ade melanjutkan sambil tangannya mengambil rokok Djaja di depannya yang tinggal sebatang.
Tiba-tiba Mas Hans berdiri, tangannya mengepal bukan karena cemburu, hatinya resah bukan karena marah.
"Ki Ade memang benar-benar lelaki romantis yang saya kenal, melebihi Repotter dan Lala" Lalu ia beranjak pergi meninggalkan Ki Ade di pos ronda seorang diri.
"Benar-benar "Romantis", rokok teman disikat habis, masak tinggal sebatang diembat juga," Mas Hans ngedumel sendiri sambil berjalan dan berlalu pergi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H