Mohon tunggu...
Rizal Falih
Rizal Falih Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Ingin belajar membaca dan menulis\r\n\r\n

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Senyummu Itu Sungguh Terlalu (ECR-2 #66)

26 April 2011   13:49 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:22 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Studio Rangkat TV terlihat sepi, hanya Repotter seorang diri, hari ini Galang sang patnernya meminta cuti, entah kenapa, Repotter masih belum mengerti, banyak kisah yang bisa di jadikan bahan berita di desa ini, kabar Dorma yang akan di lamar Bang Bain Onthel, salah paham Bocing yang akan menggerebek rumah kembang, tapi kenapa tangannya masih malas untuk mulai merangkai kata mengetik berita. Sepertinya ada yang hilang, iya senyum manis itu hilang hari ini, mungkin seminggu lagi baru bisa Repotter temui, itupun kalau sang pemilik senyuman berkenan kembali.

*********************************************

“Ternyata menjadi patnermu sungguh makan hati mas” Suara Zwan alias Galang begitu Repotter biasa memanggilnya terdengar sedikit bergetar malam itu, di ruang kerja Repotter. Tangannya meremas-remas jemarinya sendiri.

“Maksudmu gimana Galang,” Repotter masih belum mengerti dengan arah pembicaraan patner barunya itu.

“Baru beberapa hari aku jadi patnermu, tapi beragam kisah sudah terjadi,” Galang melanjutkan ucapannya.

“Tolong di perjelas Galang, aku masih belum paham”

“Aku ini patnermu mas, tapi kenapa aku gak tau kalau kamu pergi berdua bersama sekdes desa.” Suaranya terdengar masih bergetar.

“Oh itu toh.. ceritanya begini, kemaren Yulia mengajak aku jalan-jalan ke mall kebetulan bertemu sekdes, terus kami makan bareng itu aja koq, lho memang Galang tau dari mana?” Repotter mencoba menjelaskan.

“Photo mesramu beredar dimana-mana mas, Ki Ade Bodo aja tahu, bahkan semua warga sudah tau, kenapa dengan sekdes aja mau ketemuan di mall, sementara aku, patnermu cuma kamu ajak ke pasar malam?”

“Iya Tante Sowang Oom Repotter memang sungguh terlalu” Tiba-tiba Yulia muncul langsung ikut mengipasi suasana yang sedang panas.

“Tau gak tante…memang sih cuma makan, tapi kaki nya om Repotter nyengol-nyenggol kaki Yulia, mungkin di kiranya kakinya tante sekdes, dasar Oom genit.” Ucapan Yulia membuat muka Repotter merah padam menahan malu.

“Yulia Cuma jadi kambing congek aja tante, mereka berdua ngobrolnya seru banget, Yulia kan jadi keki sendiri.” Yulia menambahkan sambil ngeloyor pergi meninggalkan Repotter yang masih terbengong-bengong dengan kelakuan kemenakannya itu.

“Sudah jelas semua kan mas, teganya dirimu mas berbuat seperti itu di belakangku.” Suara Galang seperti memendam rasa, entahlah itu apa.

“Galang tolong dengarkan dulu penjelasanku, sepertinya ada yang berlebihan”

“Sudahlah mas jangan cari alasan lagi, oh ya aku cuti seminggu mas, mau menenangkan hati dulu”

Zwan berkata sambil meraih tasnya dan keluar menuju pintu, tangannya mengusap butir bening yang keluar dari matanya.

Repotter hanya termangu, ada apa dengan Galang, bukankah mereka hanya patner kerja, ada apa ini? Kenapa jadi begini? Sepertinya ada yang bermain-main dengan hati. Repotter memang terlalu lugu dan tidak mengerti, bahwa ada yang cemburu dengan photo itu.

13038244011732081056
13038244011732081056

*********************************************

Sementara itu di rumah Sekdes, terdengar dua orang gadis sedang tertawa-tawa penuh ceria, Yulia dan Acik sang sekdes sedang berbincang mesra.

“Jadi gimana reaksi si Galang waktu kamu bilang mas Repotter genit sama aku”.

“Hahaha..Tante Sowang cuma cemberut mba… sepertinya dia cemburu sekali, dasar om Repotter aja yang lugu”.

“Berarti rencanaku sukses Yulia, emang Galang aja yang mau deket sama Oom mu”.

“Iya, tapi mba bantu aku deketin Bang Lala ya..”

“Sippp tenang aja, jangan bilang aku sekdes kalau gak bisa jadikan Bang Lala jadi milik Yulia”.

Tanpa mereka sadari seorang anak kecil mendengar obrolan mereka, Depe yang disuruh bundanya kerumah sekdes, mengurungkan langkah kakinya.

“Ih koq Tante Acik jahat ya.. Om repotter harus tau semua ini.” Depe bergumam sendiri sambil setengah berlari, dia menuju studio Rangkat TV. Tetapi sampai di pos ronda, tedengar seseorang memanggilnya.

“Depe kecil mau kemana sih buru-buru, sini temenin om Hans main catur”. Mas Hans memanggil Depe, sambil mulutnya tak berhenti menghisap rokok Djaja kesukaanya.

“Ih mas Hans ini mau tau aja, sory om, depe lagi sibuk”

“Bener neh sibuk, om Hans punya es krim coklat yang enak lho buat Depe,” Mas Hans tak kehilangan akal untuk mengajak depe.

“Eee… es cream ya..ya udah deh Depe temenin Om Hans main catur”. Luntur juga Depe mendengar es cream, sampai ia lupa ada hal penting yang harus di sampaikannya kepada Repotter.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun