Ada seorang pria remaja curhat di twitter. Dia sudah lama bersahabat dekat dengan seorang gadis yang sudah punya pacar. Remaja ini bercerita bahwa pacar si gadis ini selain sangat posesif, juga beda agama.
Meski sudah pacaran sampai hampir 7 tahun, si gadis ini tidak kunjung dinikahi. Kemungkinan besar karena beda agama tadi. Semua permasalahan dalam hubungan mereka, dicurhatkan kepada si Remaja ini. Karena itu dia tahu persis.
Sampai akhirnya sifat "posesif" sang pacar semakin menjadi-jadi, sampai menuduh si remaja sebetulnya berusaha merebut si gadis. Tentu saja remaja ini membantah, karena kenyataannya mereka memang hanya bersahabat saja, meskipun diam-diam memang si remaja ini suka pada si gadis.
Akhirnya kecurigaan si pacar meledak menjadi pertengkaran besar, dan remaja ini akhirnya justru menuding si pacar sebagai plin-plan.
Kenapa kamu tidak menikahi dia jika memang cinta? Kalau kamu tidak berani, serahkan saja dia pada saya!
EEEEHH... keceplosan deh.
Apakah akhirnya si remaja ini mendapatkan si gadis? Tentu saja tidak. Si gadis akhirnya memutuskan persahabatan yang sudah bertahun-tahun berlangsung, dan malah meresmikan pernikahan dengan pacarnya!! Tidak hanya itu, di semua kontak dan sosial media dia diblokir.
Dengan sendu si remaja mengatakan dia mendoakan kebahagiaan sang gadis, berharap yang terbaik untuk mereka semua.
Kasian beneeerrr...
Ini adalah cerita klasik mereka yang terjebak friendzone. Di mana seseorang berteman dekat dengan pujaan hatinya tanpa pernah mengungkapkan perasaannya. Pujaan hatinya kadang tahu kadang pura-pura tidak tahu bahwa si sahabat sebetulnya ingin lebih dari sekedar sahabat.
Yang pura-pura tidak tahu biasanya karena ingin memanfaatkan fasilitas dari seorang "sahabat". Selalu ada tempat curhat, ada teman bermain, bahkan mentraktir. Tanpa harus memberikan balasan apapun.