Mohon tunggu...
Riza Gassner
Riza Gassner Mohon Tunggu... lainnya -

...

Selanjutnya

Tutup

Politik

Si Pitung Berani Nyagub, "Pesan Moral Seorang Jawara"

26 Maret 2016   09:07 Diperbarui: 26 Maret 2016   11:14 892
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="dokumen pribadi"][/caption]

Bertempat di Pendopo Masjid Al'Alam (masjid Pitung) Marunda, Jum'at 11 Maret tokoh muda masyarakat Jakarta, Eki Pitung menyatakan dirinya siap nyagub di DKI. "Bismillahirrahmanirrahim, berdasar konstitusi dan Pancasila saya siap maju nyagub Jakarta 2017. Mohon keiklashannya dan doa restunya dari seluruh keluarga besar saya, kawan-kawan saya, tetangga-tetangga saya dan seluruh warga Jakarta," demikian sepenggal ucapan Pitung saat deklarasi dirinya maju nyagub itu. Tak lupa selain memohon doa restu, Pitung juga memberi santunan kepada puluhan anak yatim yang hadir memenuhi pendopo masjid.

¤

Selepas deklarasi, Pitung berbincang akrab dengan beberapa rekan jurnalis ibukota. Ketika ditanya mengapa memilih Pendopo masjid Pitung saat deklarasi, Pitung menjawab, "Setiap masjid itu melambangkan pengabdian kepada Tuhan YME. Dan di Pendopo Masjid si Pitung ini, saya ikrarkan niat perjuangan atas kemanusiaan dan keadilan dengan disaksikan langit, laut dan darat." Mengapa deklarasi tepat di hari Jum'at? Pitung menjawab, "Jum'at adalah hari orang tua kita, Soekarno-Hatta memproklamirkan kemerdekaan Indonesia. Kemerdekaanlah yang telah mengangkat harkat dan derajat orang Indonesia." Dan mengapa memilih tanggal 11 Maret? Pitung menukas sambil tersenyum, "11 Maret itu kalau disingkat menjadi Semar dan bagi saya.., Semar itu perwujudan sosok sentral masyarakat pulau Jawa yang bijak dan gemar membela rakyat kecil baik diminta maupun tidak."

¤

Saat ditanya apa motivasi yang sesungguhnya nyagub melalui jalur independen, Pitung menuturkan, "Saya ini cuma seujung kuku bila dibandingkan dengan calon-calon lain yang lebih punya nama, lebih punya modal dan juga jabatan-jabatan besar. Tapi, tak perduli miskin atau kaya, jaya atau papa, preman atau ulama, bila anaknya diganggu siapapun pasti akan membela anaknya itu.., dengan apa yang dia bisa! Demikianlah bagi saya, rakyat itu adalah anak saya sendiri."

¤

Ketika diuber pertanyaan apa pemimpin Jakarta saat ini telah menganggu rakyat sehingga rakyat perlu dibela? Pitung menarik napas panjang dan wajahnya tampak begitu resah sebelum menjawab, "Pemimpin itu jangan sombong dan arogan pada masyarakatnya dan juga pada bawahannya sendiri. sombong itu hanya boleh diperlihatkan pada musuh di atas ring seperti petinju legendaris Muhamad Ali yg terkenal dengan julukannya Ali si Mulut Besar. Sombong hanya bermanfaat untuk menjatuhkan mental lawan selebihnya, tidak... Dan rakyat bukanlah lawan dari pemimpinnya, jadi buat apa seorang pemimpin arogan dan sombong kepada rakyatnya? Kepada bawahannya? Seyogyanyalah, seorang pemimpin itu harus mengedapankan welas asih, kasih sayang dan cinta. Itulah milik rakyat yang paling berharga yang hilang dari hati pemimpin yang ada saat ini. Dan, itu semua harus dikembalikan...."

¤

Pitung juga melanjutkan, kekuasaan bukanlah tujuannya Nyagub... Tapi, bagaimana ia sebisa mungkin membhaktikan diri kepada sesama. Tokh jadi Gub ataupun tidak, Tuhan tidak pernah sekalipun akan salah hitung dan perhitungan Tuhan terhadap seseorang itu dimulai daripada niat yang paling asli yang tersembunyi di dasar sanubari. Minimal dengan nyagub, pesan seorang Pitung bisa lebih mendapat perhatian dari para pemimpin.

¤

Menurut Pitung, bagi seorang Diponegoro, bagi seorang Imam Bonjol, bagi seorang Antasari, bagi seorang Sam Ratulangi, bagi seorang Hasanudin, bagi seorang Sudirman, bagi seorang Untung Surapati dan bagi seorang Pitung, jawara itu bukanlah yang disana sini jadi jagoan, berani adu pukul, menang debat, menang baku bunuh ataupun komandan perang, atau bisa memenangi pilgub DKI! Tapi jawara itu, adalah orang yang berani menyampaikan kebenaran, welas asih pada sesama, sayang pada siapapun. Tegas melindungi yang lemah dan tidak membiarkan tetangganya kelaparan! Juga bagi Pitung, legenda abadi itu adalah Muhamad SAW, Isa Al Masih, Sidharta Gautama, Bisma Putra Gangga, HAMKA, Mother Theresa, GusDur, Nelson Mandela dan Soekano-Hatta!

¤  

                                                                  ******

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun