Mohon tunggu...
Riza Gassner
Riza Gassner Mohon Tunggu... lainnya -

...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Penggusuran Gubuk Yahudi di Zaman Umar ibn Khatab

25 Juli 2015   21:46 Diperbarui: 25 Juli 2015   21:46 864
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Angin penggusuran terutama di Jakarta, semakin kencang di era Gubernur Basuki T Purnama. Berdasar alasan demi kemajuan kota, penggusuran terjadi di setiap sudut. Apakah karena pemukiman itu berada di bantaran atau jalur hijau ataupun diatas tanah tak bersertifikat, penggusuran terus berlangsung tanpa melihat bahwa, warga yang tergusur adalah WNI (Warga Negara Indonesia) dan telah bermukim berpuluh tahun. Bahkan, banyak pemukiman yang tergusur itu berdiri sejak Jakarta masih menjadi kota dalam wilayah Propinsi Jawa Barat.

 

Terlepas dari benar atau salah dan rakyat yang digusur itu sudah makmur atau belum, penggusuran meninggalkan pertanyaan, masih relevankah Pembukaan UUD 45 khususnya klausul "Negara melindungi segenap tumpah darah Indonesia dan berkewajiban memajukan kesejahteraan umum?". Berikut, ada pelajaran yang dapat dipetik ketika Umar ibn Khatab Ra, berkuasa di seluruh jazirah Timur Tengah.

 

Ketika itu, Gubernur yang membawahi seluruh wilayah Mesir dijabat oleh Amru ibn Ash, seorang sahabat terdekat lagi dihormati oleh Umar ibn Khatab bahkan, oleh Nabi Muhamad SAW semasa Beliau masih hidup. Gubernur Amr adalah seorang pejuang Fisabil yang berani lagi gagah perkasa di setiap medan pertempuran. Tak gentar oleh desingan panah, ayunan pedang ataupun lemparan tombak. Ia mencintai pekatnya kematian daripada gemerlap kehidupan dan ia membenci gemilang kehidupan daripada kelamnya kematian. Ia disegani lawan maupun kawan. Tentangnya, pernah Umar berkata, “Tidak pantas, bagi Abu Abdullah (Amru bin al-Ash) berjalan di muka bumi ini kecuali sebagai seorang pemimpin.” (Riwayat Ibnu Asakir dalam Tarikh Dimasyq, 46:155). Pernah juga Nabi SAW bersabda, “Sesungguhnya Amru bin al-Ash adalah di antara orang-orang yang baik dari kalangan Quraisy.” (HR. Tirmidzi) dan “Dua orang anak laki-laki Al-Ash adalah orang yang beriman, yaitu Hisyam dan Amru.” (HR. Hakim)

 

Amru ibn Ash, ia seorang Komandan perang yang selalu maju mendahului lajunya barisan paling depan. Saat menjabat Gubernur Mesir dan karena belum ada lagi panggilan untuknya maju ke medan perang, demi menyenangkan Allah SWT, ia bermaksud membangun Masjid Raya Mesir. Setelah menemukan lokasi yang dirasanya pas, ia memulai pematangan lahan. Beberapa pemilik lahan dibayarnya pantas, hanya tinggal satu batu sandungan, seorang Yahudi tua, pemilik rumah gubuk yang tidak mau pindah. Yahudi tua itu tidak mau menjual gubuk diatas tanahnya yang padahal tak memiliki sertifikat kepemilikan dari BPN. Walau Gubernur Amru Ibn Ash menawarkannya emas sebanyak 15 kali lipat harga pasaran, Yahudi itu tetap tak mau melepas gubuknya.

 

Bangkitlah amarah Amr, rumah Yahudi itu digusurnya paksa. Tak dipedulikannya lagi si Yahudi tua. Terlalu kecil untuk orang sebesar Amr menaruh belas terhadap orang Yahudi tua lagi miskin. Ia yakin langkahnya tidak salah, sudah sosialisasi, persuasif dan lagi ini untuk kepentingan membangun rumah Allah.

 

Setelah kehilangan gubuknya, si Yahudi tua berjalan siang dan malam dari Mesir ke Madinah. Sengatan matahari dan angin dingin padang pasir ratusan mil tak menyurutkan semangatnya untuk mengadukan nasibnya kepada atasan Amr, yaitu Umar Ibn Khatab Ra, Penguasa Madinah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun