Mohon tunggu...
Riza Gassner
Riza Gassner Mohon Tunggu... lainnya -

...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Hari Kesaktian Ken Arok - Gajah Mada & Suharto

1 Oktober 2011   05:24 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:27 11012
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

1-Oktober tahun 1222 Ken Arok naik tahta setelah main hakim sendiri terhadap Kebo Ijo tersangka utama pembunuh Kuwu Tumapel, Tunggul Ametung. Konspirasi ini digambarkan dalam tulisan:

Skandal Jalang Ken Dedes Misteri Keris Mpu Gandring

Berikutnya, 1-Oktober 1328 pembunuh Raja Jayanegara, Ra-Tanca dibunuh begitu saja oleh Gajah Mada. Sebelumnya dikisahkan,  Gajah Mada hanya seorang bekel bhayangkara pada masa pemerintahan Raja Jayanegara. Kemudian terjadi pemberontakan para Dharmaputra pimpinan Ra Kuti, yang berhasil menguasai kerajaan. Berikut sinopsis kekisruhan di masa itu ;

Gajah Mada berhasil menyelamatkan Raja Jayanegara dari pemberontakan Ra-Kuti. Bahkan kemudian Gajah Mada berhasil merebut kembali kerajaan, membunuh Ra Kuti dan mengembalikan tahta ke tangan Jayanegara. Ini juga menjadi misteri, bagaimana cara seorang bekel bhayangkara mampu memukul kembali para pemberontak yang sedemikian kuat hingga bisa menguasai kerajaan. Setelah berhasil mendudukan kembali Jayanegara sebagai Raja, Gajah Mada kemudian diangkat menjadi patih di Daha dengan Raja Dyah Gitarja (adik tiri Jayanegara). Kematian Jayanegara yang dibunuh oleh Ra Tanca pada 30-September-1328 juga menjadi misteri konspirasi Gajah Mada. Dengan matinya Jayanegara, Dyah Gitarja kemudian naik menjadi Raja bergelar Tribhuana Tunggadewi. Ini menimbulkan desas-desus bahwa pembunuhan Jayanegara memang telah direncanakan Gajah Mada sebelumnya dengan memakai tangan Ra Tanca, mengingat Gajah Mada lebih dekat dengan Dyah Gitarja ketika di Daha dan kematian Jayanegara menguntungkan bagi Gitarja. Selain itu, ketika Ra Tanca membunuh Jayanegara, tabib itu langsung dibunuh oleh Gajah Mada tanpa dihadapkan ke muka sidang pengadilan. Setelah Gitarja menjadi Raja, kemudian Mahapatih Arya Tadah memberikan jabatannya kepada Gajah Mada.

Kisah kisruh ini semakin lengkap dengan membaca:

Menguak Sejarah Asal-Usul Si Batara

Selanjutnya Gajah Mada semakin menjadi, Kerajaan Sunda Galuh-Pakuan dikutak-kutik demi menundukan seluruh Nusantara dibawah Raja Majapahit, Hayam Wuruk dengan skenario Perkawinan tanda takluk. Tapi kali ini Gajah Mada kena batunya. Kisah ini tertuang dalam cuplikan :

(MPK) Bubat Keagungan Cinta yang Terbabat

Dan beratus tahun kemudian, 1-Oktober 1965 Pancasila dikhianati.  Pengkhianatan yang juga menyisakan banyak ragam teori Konspirasi tentangnya. Presiden ke-2 RI, Suharto sebagai orang Jawa pastinya telah mempelajari Babad tanah Jawa, termasuk didalamnya kisah intrik politik yang berlangsung di Singosari ataupun Majapahit. Ken Arok Gagal menyembunyikan perannya dalam pembunuhan Tunggul Ametung dan Gajah Mada gagal menaklukan Nusantara Raya. Sebaliknya, Suharto (paramiliter cadangan) berhasil menguasai Indonesia Raya. Mungkinkah PKI berani berhadapan dengan TNI secara konsfrontasi militer tanpa campur tangan langsung Rusia (perang saudara Korea) atau China (perang Saudara Vietnam) ?? Mungkinkah PKI mengkudeta Bung Karno, sementara Beliau menguatkan kedudukan PKI dalam NASAKOM bukan NASAKOMILiter?? Mungkinkah PKI dikhianati rekan dekatnya sendiri yakni orang yang paling diuntungkan dari terjadinya Konfrontasi TNI Vs. PKI ?? Mungkinkah Jenderal-jenderal AD Pahlawan Revolusi itu dikhianati rekannya sendiri, sebagaimana trik Ken Arok dan Gajah Mada dahulu?? bukankah hanya rekan yang bisa berkhianat sementara musuh tak pernah bisa berkhianat?? Tapi apapun yang terjadi dahulu itu, penting bagi generasi Hari Kesaktian 1-Oktober kini dan Generasi-generasi 1-Oktober yang akan datang, hendaklah tetap berpegang keteladanan pada :

Bung Karno, Jangan Bawa Pergi Cita-Citamu !

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun