Mohon tunggu...
Riza Fadzli
Riza Fadzli Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

A colleger of Sebelas Maret University. Loves writing and teaching. Menulis karena banyak hal di kepala ini yang bisa dieksplore untuk dijadikan sebuah tulisan. Here i am. I stand where i'm supposed to be. Think and write, thats what i do. I'm a professional time-waster !!

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kampanye Adalah Pembodohan!

22 Mei 2013   09:26 Diperbarui: 24 Juni 2015   13:12 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selamat pagi agan dan aganwati semua. Berhubung di daerah ane sedang menjelang diadakan pemilihan gubernur (Jateng) maka kali ini ane mau nulis sedikit tentang kampanye. Kemarin (selasa, 21 Mei 2013) di Kota ane ada kampanye salah satu calon gubernur yang diadakan di mana entahlah ane juga kurang tahu. Ketika itu ane berangkat ke kampus tercinta (UNS) gan .  Karena terburu-buru akhirnya ane pun kudu nyari jalan-jalan yang bebas lampu merah . Nah pas ane berangkat itu kekesalan ane dimulai gan. Pas berangkat ane ketemu sama rombongan kampanye dengan konvoi kendaraan bermotor. Banyak banget gan, hamir semua jalan dipake sendiri. Bahkan dengan suara motor yang meraung-raung kaya singa kelaparan karena kenalpotnya dibedah diganti dengan kaleng atau apalah yang bisa bikin suara kenalpot menggila. Sudah biasa sih hal seperti itu sebenernya di negara kita ini dan yang bikin ane tambah kesel, pas mobil ane papasan itu mobil ane diludahin gan! Padahal ane udah minggir banget sampe mepet pinggir jalan yang gak beraspal. Ane pun semakin kesel pas udah dikampus. Setibanya dikampus ane kan langsung ujian itu gan, nah dari jam 2 sampai jam setengah 4 ane ujian tuh itu konvoi ga berhenti2!! Suarannya yang meraung-raung bikin ane mual gak bisa mikir. Soale itu konvoi lewat juga di belakang kampus ane. Ane pun heran sebenernya siapa yang salah. Padahal mereka konvoi gak jelas. Kenalpot meraung-raung, helm gak pake. Ane pun bertannya, sebenernya polisi dimana sih ini? Apa udah dapet persenan dari tim suksesnya? Takut? Atau bahkan terkesan menutup mata? Ahh... gak penting juga ngurusin polisi. Yang perlu diurus sekarang adalah, layakkah hal tersebut dibilang kampanye?? Entah kenapa ane risih banget kalo caleg, cagub, parpol, capres, calon RT, calon lurah atau mungkin calon bapak ngadain kampanye terbuka di lapangan, kebon, atau sejenisnya yang ujung-ujungnya mengganggu kenyamanan masyarakat? Sebenarnya esensi yang didapat dari kampanye itu sendiri apa? Kampanye di lapangan, bikin panggung buat acara dangdut, tebar janji manis dan angin surga. Emang didengerin? Mereka yang ikut kampanye juga palingan cuma pengen liat dangdutan sambil mabok sama nyari duit 25 rebu yang dibagi-bagiin. Ada yang mau nyangkal? Pathetic. anda munafik kalo menyangkal hal ini. Dan kampanye yang model-model begini nih yang substansinya ga jelas. Atau mungkin ada yang ngomong "bego, tulisan ente gak bermutu! mereka kan juga punya hak politik yang diatur UUD!!" baiklah hak politik apa yang dimaksud? Politik kebodohan? Here your way of thinking is questioned. Kenapa mereka gak menggelar konvensi di gedung, convention centre atau balai pertemuan? Toh kalo mau orasi di tempat seperti itu lebih nyaman. Atau mungkin ngiklan di televisi. Modal dikit kek. Atau paling enggak gak usah pake acara dangdutan lah. Biar dekat dengan rakyat? ahhh... itu cuma alasan tak bertuan.. Hal itu malah cuma bikin para kampanyers mabuk-mabukan disana, kemudian konvoi sambil mabuk.  Bahkan sebagian besar yang ane liat tuh ababil2 yang berusia sekitar SMP-SMA sambil menggeber motor mereka yang udah gak karuan suaranya. Dan kemudian pertanyaannya, apakah masih model hal-hal yang seperti ini digunakan di jaman modern seperti ini? Apakah kita masih mau terus-terusan menjadi bangsa primitif? Lalu, kapan kita menjadi bangsa yang bermartabat? That's your choice. Thanks gan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun