Mohon tunggu...
Riza Natul
Riza Natul Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mendidik yang Baik Tak Harus Menghukum

7 Maret 2018   00:38 Diperbarui: 7 Maret 2018   00:54 590
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber foto: ourkidsmagazine.com

Memberi hukuman selalu dianggap sebagai solusi utama untuk memberi efek jera kepada anak disaat anak melakukan suatu kesalahan, baik dirumah maupun di sekolah. Hukuman sendiri ada dua macam yaitu yang berbentuk fisik dan hukuman mental. Seiring dengan perkembangan zaman hukuman fisik sudah tidak bisa dan tidak cocok untuk diterapkan di sekolah, mengapa ? Karena tidak seperti zaman dahulu dimana orang tua menyerahkan anak sepenuhnya untuk di didik oleh guru, dan si anak juga ikhlas mengikuti aturan dari sekolah. 

Di zaman sekarang apabila ada guru yang menghukum muridnya dengan cara memukul, mencubit atau yang lainnya maka orang tua akan melaporkan guru ke pihak berwajib dan sang guru akan mendapatkan hukuman pidana. 

Tidak dapat dipungkiri bahwa perkembangan zaman memiliki peran yang sangat besar pada perkembangan mental siswa, maka dari itu hukuman rasanya sudah tidak bisa dijadikan sebagai satu satunya jalan keluar untuk merubah sikap dan perilaku anak. 

berbicara tentang fakta, faktanya adalah hukuman tidak akan merubah sikap anak, kebanyakan dari anak yang melanggar dan diberi hukuman tidak merasa jera tapi malah mereka menjadi marah dan mencari tau bagaimana caranya agar mereka bisa mengulangi nya lagi tanpa diketahui oleh sang guru. 

contohnya, apabila seorang anak ketahuan terlambat dan dihukum oleh sang guru, dia akan mencari tau bagaimana cara nya agar lolos dari guru apabila dia terlambat, dan itu sangat lumrah terjadi di lingkungan sekolah.

Memberi hukuman fisik saat ini hanya akan menjadikan anak menjadi seorang pemberontak karena mungkin dia tidak terima terhadap perlakuan sang guru, anak juga bisa menjadi sosok yang kasar. Tetapi sejatinya bukan hanya disekolah saja, hukuman atau perlakuan kasar orang tua terhadap anak dirumah juga bisa menjadikan anak menjadi sosok yang kasar. Sedangkan hukuman mental akan berdampak kepada rasa percaya diri sang anak. Anak bisa menjadi sosok yang pemalu, takut berinteraksi dengan orang lain, gugup yang berlebihan dll.

Banyak guru dan orang tua yang menganggap bahwa seorang anak yang melanggar adalah anak yang nakal, dan mereka menganggap bahwa anak tersebut salah pergaulan, padahal banyak faktor yang menyebabkan seorang anak menjadi nakal. Karena pada kenyataanya tidak ada anak yang dilahirkan untuk menjadi anak yang nakal, tetapi bagaimana lingkungan disekitarnya membentuk kepribadian anak tersebut, apakah jadi anak yang nakal ? anak yang pintar ? anak yang rajin ? atau kah anak yang malas ? itu semua tergantung orang tua yang mendidik dirumah, guru yang mendidik di sekolah, dan masyarakat yang ada di sekitar anak tersebut. 

Ada anak yang dari kecil dia tidak nakal, tetapi tiba - tiba saat beranjak remaja dia menjadi anak yang nakal, aneh bukan ? Sebagai seorang guru, apalagi guru BK yang identik sebagai guru yang bertugas menghukum siswa, harusnya guru BK bisa mengetahui lebih jauh mengapa anak tersebut yang pada awalnya tidak nakal, tiba - tiba menjadi anak yang nakal, apakah karena teman? apakah karena keluarga ? atau karena keadaan yang memaksa dia menjadi anak yang nakal?

Oleh karena itu mari menjadi sosok guru yang cerdas, penuh kasih sayang, dan lebih mengenal dunia anak maupun remaja agar bisa lebih dekat dengan siswa nya, supaya tidak seenaknya memberi hukuman kepada siswa, melainkan melakukan pendekatan dan konsultasi terlebih dahulu kepada siswa, baru mengambil tindakan untuk menanganinya. 

Tindakan yang diambil juga tidak harus berupa hukuman fisik dan mental, tetapi bisa berupa hal lain yang mungkin bisa merubah pola pikir siswa agar tidak nakal lagi, misalnya dengan diskusi antar guru dan siswa untuk mencari jalan keluarnya, atau dengan cara curhat lalu guru memberi solusi berupa ajakan atau bimbingan berkala untuk merubah sikap nakal siswa tersebut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun