Tak ubahnya elegi yang menusuk kalbu
Alunan nada sendu menemani
Bertempokan andante bak sebuah partitur lagu
Yang dimainkan orkes pengantar maut
Aku, seorang siswi yang memenuhi hidup dari arubaito
Menantang kejamnya Adachi demi sepeser uang saku
Alim dan berparas elok
Mungkin bagi sebagian orang akan berkata demikian
25 November 1988, sesosok misterius menyergapku
Menakutiku dengan segala ketakutan
Kemudian datanglah beberapa orang lain
Bruaakkk.... Aaakkkhhhh......
Aku dipukuli, ditendang, dihajar bak perampok
Penindasan dan penyiksaan diluar batas kemanusiaan
Kekerasan menjadi makanan yang terpaksa ku makan setiap harinya
Lantas aku bertanya pada diriku
"Apa salahku?"
Namun, urung menjawab nya
Mungkinkah aku akan menemukan kedamaian di sorga?
...
Tubuhku melemah dan tak kuat lagi
Secercah cahaya semakin terang menuju padaku
"Inikah kedamaian itu?"
Kemudian sesosok malaikat datang menjemputku
Mengajak ku menuju keadilan dan kedamaian
Dimana aku akan merasakan kedamaian dan ketenangan
Tanpa penyiksaan, selamanya...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H