Mohon tunggu...
Riza FatimatuZahro
Riza FatimatuZahro Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa UIN Walisongo Semarang

hobi : menulis cita-cita : konten writing

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Krisis Gizi di Indonesia : Stunting dan Wasting, Dua Sisi Masalah yang Mengancam Masa Depan

4 Oktober 2024   05:05 Diperbarui: 4 Oktober 2024   08:12 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.goriau.com/berita/baca/bayi-stunting-bisa-tumbuh-sehat-disdalduk-kb-pekanbaru-gizinya-harus-dipenuhi.html

Krisis Gizi di Indonesia: Stunting dan Wasting, Dua Sisi Masalah yang Mengancam Masa Depan Bangsa

Oleh : Riza Fatimatu Zahro

Mahasiswa UIN Walisongo Semarang

Masalah kekurangan gizi di Indonesia adalah isu yang paling serius dalam kemajuan Indonesia menuju Indonesia emas 2045. Memerlukan perhatian segera dari berbagai pihak mulai dari kebijakan pemerintah dan yang Masyarakat Indonesia. Menurut Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa sekitar 21 juta orang di Indonesia mengalami kekurangan gizi atau biasa disebut dengan stunting. Hal ini jangan sampai kita anggap sepele, karena mencerminkan tantangan besar dalam hal pemenuhan kebutuhan pangan dan gizi Masyarakat terutama di Indonesia. Angka ini juga menggambarkan kesenjangan akses terhadap makanan bergizi di kalangan masyarakat yang lebih luas.

Di sisi lain, data dari Kementerian Kesehatan menyebutkan bahwa angka stunting di Indonesia pada tahun 2023 mencapai 21,5 persen. Menurut laporan CNN Indonesia, 21,6 persen anak Indonesia di bawah usia lima tahun mengalami stunting. Hal ini menandakan bahwa satu dari lima anak di Indonesia menghadapi masalah kekurangan gizi kronis yang menghambat pertumbuhan fisik dan perkembangan kognitif mereka terutama dalam perkembangan IQ anak. Stunting merupakan kondisi kronis yang menunjukkan bahwa asupan gizi yang tidak memadai telah terjadi dalam jangka waktu yang lama. Sementara itu, wasting atau kurang gizi akut yang dilaporkan oleh RRI, mengindikasikan kondisi yang lebih mendesak karena kurangnya asupan nutrisi yang memadai dalam jangka waktu pendek. Kedua kondisi ini menunjukkan bahwa masalah gizi di Indonesia tidak hanya bersifat kronis tetapi juga akut.

Melihat fakta-fakta tersebutperlu adnaya pendekatan yang lebih komprehensif dan kolaboratif dari pemerintah, sektor swasta, organisasi non-pemerintah, serta masyarakat untuk mengatasi masalah kekurangan gizi ini. Pemerintah juga perlu memperkuat program intervensi gizi, seperti suplementasi makanan tambahan untuk ibu hamil dan anak-anak, pendidikan gizi di kalangan masyarakat, dan peningkatan akses terhadap air bersih dan sanitasi yang layak. Selain itu, penting juga untuk memperhatikan peran ekonomi dan sosial dalam mendukung ketahanan pangan, terutama di daerah-daerah yang rentan terhadap kemiskinan dan ketidakstabilan pangan. Dengan komitmen bersama, Indonesia dapat menurunkan angka stunting dan wasting, serta meningkatkan kualitas hidup masyarakat secara keseluruhan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun