Mohon tunggu...
Adrian Rosadi
Adrian Rosadi Mohon Tunggu... -

semua keburukan pasti asalnya dari saya, semua kebaikan pasti asalnya dari Allah swt.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Jana dan Mayapada (Lestari Alamku)

12 Desember 2014   14:48 Diperbarui: 17 Juni 2015   15:28 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Inilah kisah antara Jana dan Mayapada

Mayapada seorang lelaki tua yang baik hati

Rela mengasuh Jana sejak masih bayi

Walau tak ada yang meminta

Hingga sekarang hidup bersama

Bagaikan ayah dan anak

Susah senang dijalani berdua

Si anak banyak senangnya sang ayah banyak susahnya

Sang ayah memberikan apapun yang diminta

Walau harus kerja keras memberi nafkah

Memang dia sungguh penyabar

Tempaan waktu buatnya terlihat bijak

***

Biji tumbuh menjadi pohon

Bayi berkembang menjadi dewasa

Waktu bergerak langkah demi langkah

Mereka berdua pun ikut berubah

Hubungan yang awalnya tulus

Lambat laun mulai tergerus akibat sifat rakus

Si anak banyak maunya sang ayah banyak ruginya

Memang dia sungguh pemaaf

Rela berkorban demi kebahagiaan sang anak

***

Hingga akhirnya tubuh Mayapada tak kuat lagi

Rambutnya yang dulu berwarna hijau

Terlihat rontok dan semakin gundul

Tubuhnya kurus kering

Penampilan semakin lusuh

Kesehatan pun menurun

Seringkali dia terbatuk-batuk begitu keras

Tubuh tuanya sudah tak kuat lagi bekerja terlalu berat

***

Sedangkan Jana

Perutnya semakin buncit

Pakaiannya bagus-bagus

Gaya hidup semaki hedonis

Terlalu sibuk urus diri sendiri

Sampai lupa siapa yang menyuapinya nasi

Hubungan ayah dan anak

Berubah jadi majikan dan pembantu

***

Wahai Mayapada

Sungguh malang dirimu

Air susu dibalas air tuba

Kebaikanmu tak pernah dianggap

Jana hanya peduli dirinya sendiri

Tak terbesitkah dalam pikiranmu nak

Untuk merawat ayahmu yang semakin ringkih?

Tak takutkah kau nak

Saat kesabaran ayahmu telah habis dan kau diusir dari rumahnya?

Padahal, dimana lagi kamu bisa tinggal selain dengan ayahmu?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun