Di atas langit malam yang gelap, di temani bulan dan seribu cahaya bintang bertaburan. Seorang pria sedang menyendiri di atas bukit seorang diri. Tatapan matanya terus ke arah langit, dia terus memandang beberapa bintang berkelap-kelip sangat jelas. Tanpa di sadari, seberkas cahaya entah muncul tiba-tiba dari atas semakin bersinar terang benderang melumpuhkan matanya. ''Duuar..'' Suara menghantam membuat tumbuhan-tumbuhan hangus terbakar. Pria itu terlonjak kaget dan terpental seribu kaki. Hampir saja, untung dirinya tidak kena hantaman itu. pria itu tertatih-tatih menghampiri cahaya aneh berwarna pink.
Dia terpana, tidak percaya atas penemuaannya. Sebuah cermin yang di hiasi permata pink dan di sampingnya masih terpasang kunci di hiasi permata pink. Dia mencoba membuka cermin itu, ''Treek.." cermin terbuka. Awan bergumpal dan warna biru menghiasi cermin itu. Pria itu menarik kunci itu dan masuk ke dalam cermin. "Aaaah.." jeritan melengking.
Pria itu terjatuh di padang rumput, celingak-celinguk  menatap seorang pria berpakaian aneh serba hitam. Pria itu juga terkejut memandangnya. "Hallo..nama saya Amin Budiman." katanya mendekati pria serba hitam itu.
''A aku..Bram..seorang penyihir," balasnya.
''Apa? seorang penyihir? Memangnya saya berada dimana?" Bingung.
"Ah..syukurlah itu kunci yang hilang. Bagaimana bisa sama kamu?" Balik tanya.
"Oh..aku sendiri juga tidak tau. Tadi tiba-tiba muncul bintang jatuh. Eh, malah aku nemu cermin aneh dan kunci ini," jelasnya.
"Jadi cermin buatanku berada di bumi? Mungkin sudah takdirnya," Pria itu tersenyum.
Bram dan Amin menjalin persahabatan. Bram mengajak Amin berkeliling ke negeri dongeng. Karena usia mereka sudah tua apalagi Bram. Bram kekuatannya sudah melemah, sejak membuat cermin terakhir sehinga berubah menjadi patung penjaga istana cemin. Lalu Amin menjadi pemegang kunci ajaib. kunci itu sekarang berada di tangan cucunya bernama Nina Budiman.
*****
Masa kini..