“Lha Ibu bisa ngga makainya? Ada kendala ngga?” Tanya saya.
Ibu saya mengatakan sama saja memakai prabayar atau pascabayar, sama-sama paham bagaimana cara memakai prabayar dan pascabayar. Pada awalnya saya takut Ibu saya tidak tahu cara memakai voucher dan malah nantinya membuat beliau bingung. Dugaan saya meleset. Tetangga Ibu saya sukses menjadi Marketing PLN dan sekaligus Guru PLNsecara Cuma-Cuma bagi Ibu saya. Bagaimanapun, dengan listrik prabayar Ibu saya bisa membaca dan menentukan voucher nominal pemakaian listrik yang ia gunakan dalam jangka waktu tertentu.
Disamping murah dan secara teknis tidak sulit dilakukan, Ibu saya merasa lebih aman pergi ke sawah saat rumah kosong. Tidak perlu lagi petugas PLN yang kadang tidak dikenal seliweran dan datang untuk membaca meteran di depan rumah.
Terakhir, meski listrik prabayar ini memiliki banyak manfaat, namun masih perlunya peningkatan dan perbaikan pada penerapan listrik prabayar ini. Menurut Ibu saya, pernah ada kejadian yang dialami tetangganya dimana pulsanya tiba-tiba berkurang atau hilang secara tidak wajar. Syukurnya Ibu saya belum pernah mengalaminya. Jangan sampai juga. Beberapa warga juga belum terlalu mengerti sehingga masih bertahan menggunakan listrik pascabayar. Rasanya masih perlu sosialisasi kepada masyarakat dari PLN. Terutama bagi masyarakat yang tinggal di pedesaan seperti Desa saya ini.
Sekian cerita dan ulasan tentang si “Listrik Pintar PLN” dari Ibu saya. Terima kasih PLN telah membuat Ibu saya merasa lebih nyaman dan aman. Saya sepakat jika dikatakan listrik pintar PLN membuat hidup menjadi lebih baik, setidaknya bagi Ibu saya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H