Mohon tunggu...
Riyanto Suparno
Riyanto Suparno Mohon Tunggu... Swasta -

Safety Engineer yang hobi menulis dan berdiskusi rriyanto74@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pak Ahok, Bolehkah Saya Katai Sampeyan Jancuk?

14 April 2016   14:23 Diperbarui: 14 April 2016   14:28 254
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Tapi ini memang soal gaya bicara sih Pak. Kalau bapak masih ingin berbahasa cenderung kasar ceplas-ceplos seperti sekarang dan tidak ingin mengubah menjadi lebih halus dan santun, ya monggo-monggo saja. Sah-sah saja. Ndak ada undang-undang juga yang mengatur ketentuan berbahasa Gubernur sepertinya.

Saya hanya takut penggunaan bahasa yang agak keras Bapak banyak ditiru kawula muda. Apalagi bapak banyak diidolakan oleh banyak kawula muda -kecuali saya ya Pak-. Mohon maaf, sampai saat ini saya masih mengidolakan Megan Fox dalam aktingnya di Transformer, so sexy.

Entah kenapa saya kalau mendengar kata-kata Bapak yang ‘sinting’ lah, ‘gila’ lah, ‘ngaco’ lah, ‘kurang ajar’ lah, ‘saya pecatin semua’ lah, 'kotoran' alias -maaf- 'tai' lah, 'komunis' lah saya kesal Pak. Kok Bapak pemimpin tapi begitu. Batin saya sih Pak.

Pak Harto saja yang mimpin Indonesia 32 tahun lamanya tidak sesombong itu Pak bahasanya. Jangan sampai kata-kata kasar jadi trend dan dibenarkan.

Ajining diri soko lathi. Kurang lebih begitu.

Bagi saya, senyuman Pak Harto yang lebih suka meneng lebih menakutkan dari Bapak. Wibawanya lebih kena daripada Bapak. Kalo Pak Harto, dia idola saya. Sungguh-sungguh saya idolakan. Sama-sama pernah sekolah dasar di Wonogiri juga.

Pak Ahok, mbok ya kalo bisa dikurangi Pak penggunaan bahasa yang kurang santun dan cenderung kasar. Saran saja sih Pak. Yah walaupun saya tahu nanti pendukung bapak akan bilang, lebih baik kasar tapi bersih, jujur, adil, dan tegas. Heemmm. Bukankah lebih baik lagi kalau santun tapi bersih, jujur, adil, dan tegas. Sesederhana itu Pak. Pernah saya liat di siaran televisi "ILC" pendukung Bapak berkata-kata yang kasar kepada salah seorang pensiunan Jenderal. Saya rasa berlebihan sekali kata-kata pendukung Bapak itu. Jangan-jangan dia meniru Bapak?. Saya hanya menduga-duga saja.

Bapak itu banyak yang mengidolakan. Artis sosial media. Di Kompasiana aja banyak yang menulis tentang Bapak. Lha termasuk saya iki. Bisa saja dan bisa jadi banyak yang meniru tindak-tanduk sehari-hari Bapak. Apa bapak mau suatu saat nanti akan ada kejadian dimana seorang suami yang mengatai istrinya ‘istri ngaco’ gara-gara beli bawang seharga 100 ribu sedangkan di toko sebelah diduga dijual 80 ribu. Yah perumpaan saya ngaco sih emang. Ibarat saja itu. Bisa jadi. Bisa enggak.

Malahan ada yang menyamakan Bapak dengan Nabi saya, Muhammad SAW, lho pak. Apa nggak membabi-buta banget pendukung Bapak itu. Kalau sudah ada yang sebegitunya, apa ga kebangetan Pak. Saya tersinggung terus terang saat ada yang memberitakan itu di Media. Berani betul orang itu. Kampret sekali –tuh kan Pak, saya ikutan kasar-. Sepurane.

Ya wes gitu aja Pak. Makanya saya minta ijin. Apakah boleh saya katai bapak Jancuk!? Sebabnya saya juga kesal melihat bapak suka menggunakan kata-kata yang kasar gitu. Tapi ini saya nanya lho Pak. Masih nanya. Boleh apa enggak Pak?.

Mohon maaf jika tak berkenan. Sekian dan terima kasih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun