Mohon tunggu...
Riyanto Geographer
Riyanto Geographer Mohon Tunggu... Guru - Guru

Geographer, Motivator and Writer

Selanjutnya

Tutup

Nature

Transformasi Lanksap, Pengaruh Erosi dan Pembentukan Karst di Wilayah Selatan Pulau Jawa

7 Oktober 2024   12:37 Diperbarui: 7 Oktober 2024   12:38 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem

Zona selatan Pulau Jawa terkenal dengan keindahan alamnya yang memikat, terutama pegunungan karst, yang merupakan salah satu ciri geografis utamanya. Proses erosi yang kompleks, di mana batuan kapur larut saat berinteraksi dengan air, membentuk karst. Proses ini membentuk lanskap yang berbeda dan memengaruhi ekosistem dan kehidupan masyarakat di sekitarnya. Dalam konteks ini, artikel ini akan membahas bagaimana erosi dan pembentukan karst telah memengaruhi perubahan lanskap di bagian selatan Pulau Jawa, serta dampak yang ditimbulkannya bagi masyarakat dan lingkungan. 

F. G. Bell (1999) menyatakan bahwa "geografi karst" adalah istilah yang mengacu pada studi tentang fitur geologi yang dibentuk oleh pelarutan batuan, terutama batuan karbonat. Sebagai hasilnya, proses ini menghasilkan formasi unik seperti sinkhole, gua, dan relief yang curam. Dalam hal ini, erosi adalah proses penghilangan zat dari permukaan bumi yang dapat disebabkan oleh air, angin, atau aktivitas biologis. Keduanya berkontribusi besar pada pembentukan lanskap karst yang sekarang kita lihat. 

Sejumlah faktor, termasuk curah hujan yang tinggi, topografi yang berbukit, dan komposisi tanah yang berbeda, berkontribusi pada erosi di wilayah selatan Pulau Jawa. Peneliti geografi William Morris Davis (1889) mengatakan bahwa pengikisan, transportasi, dan deposisi adalah tiga fase proses erosi. Pengikis karst terjadi ketika air hujan asam mengalir melalui celah batuan kapur. Proses ini menghasilkan pelarutan yang berkelanjutan, yang menyebabkan rongga dan akhirnya gua. 

Bentuk karst terjadi ketika batuan kapur, juga disebut limestone, larut dalam air. Proses pembentukan karst terdiri dari beberapa langkah utama yaitu :

  • Air hujan mengandung karbon dioksida (CO2) yang berasal dari atmosfer dan dari proses respirasi organisme. Air ini membentuk asam karbonat yang lemah saat meresap ke dalam tanah. Air asam ini dapat melarutkan batuan kapur, yang merupakan batuan utama dalam pembentukan karst. Pelarutan terjadi saat air asam mengalir melalui retakan dan celah batuan kapur. Proses ini menyebabkan retakan menjadi lebih besar dan mengarah ke saluran bawah tanah. Saluran ini dapat berubah menjadi gua-gua yang lebih besar di masa depan.
  • Pada saat ini, gua-gua akan semakin besar karena aliran air yang terus-menerus melarutkan batuan kapur. Stalaktit, yang menggantung dari atap gua, dan stalagmit, yang tumbuh dari lantai gua, dapat ditemukan di dinding gua yang terbentuk dari endapan mineral.
  • Berbagai bentuk lanskap karst muncul sebagai hasil dari proses pelarutan yang berlangsung selama ribuan hingga jutaan tahun. Ini termasuk tebing curam, dolina (cekungan), dan pola permukaan yang khas. Ini terjadi karena beberapa bagian batuan kapur larut lebih cepat daripada yang lain, menyebabkan variasi dalam permukaan tanah. 
  • Seiring waktu, formasi karst yang terbentuk dapat terlihat jika lapisan tanah di atas batuan kapur tererosi atau hilang. Ini dapat menyebabkan pemandangan yang dramatis dan tebing-tebing yang tinggi terbentuk.
  • Air hujan dapat mengalir ke dalam gua dan sistem bawah tanah di wilayah karst, membantu menyimpan air dan menjaga ekosistem. Proses ini sangat penting untuk menjaga pasokan air bersih untuk wilayah sekitarnya.

Pegunungan karst di bagian selatan Pulau Jawa, seperti Pacitan, Gunung Kidul, dan Malang, memiliki ciri-ciri yang berbeda. Batuan kapur yang telah terbentuk sejak periode geologi Tersier memberikan banyak informasi tentang sejarah geologis wilayah tersebut. Fenomena geomorfologis lainnya, seperti dolina dan gua-gua yang megah, seringkali mengikuti pembentukan batuan kapur di daerah ini. 

Keberadaan hayati di ekosistem karst di selatan Pulau Jawa juga didukung oleh keberadaan mereka. Berbagai spesies endemik, seperti kelelawar dan berbagai jenis tanaman, hidup di gua-gua. Menurut David A. McKenzie, seorang peneliti geografi, ekosistem karst sering kali menjadi tempat perlindungan bagi spesies yang terancam punah karena perubahan lingkungan. 

Karena perubahan lanskap yang disebabkan oleh erosi dan pembentukan karst, masyarakat di sekitarnya juga terkena dampak. Masyarakat karst sering bergantung pada sumber daya alam seperti air tanah yang terakumulasi di gua-gua atau sumber daya mineral dari batuan kapur. Namun, eksploitasi yang berlebihan dapat menyebabkan kerusakan lingkungan dan mengancam kelangsungan hidup ekosistem. 

Pariwisata adalah salah satu industri yang menikmati lanskap karst. Kawasan karst di selatan Pulau Jawa menarik banyak wisatawan, baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri, yang ingin menikmati keindahan alam dan melihat gua-gua yang ada di sana. Untuk menjaga keseimbangan ekosistem, pengelolaan pariwisata yang berkelanjutan sangat penting. 

Kawasan karst di selatan Pulau Jawa memiliki banyak potensi, tetapi menghadapi banyak masalah, seperti perubahan iklim dan aktivitas manusia yang tidak berkelanjutan. Konversi lahan menjadi pemukiman atau pertanian dan penggundulan hutan dapat mempercepat proses erosi dan merusak sistem hidrologi lokal. Akibatnya, untuk memastikan keberlanjutan lanskap karst ini, upaya konservasi yang direncanakan diperlukan. 

National Geographic Indonesia
National Geographic Indonesia

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun