Keluarga Bapak Beni merupakan keluarga yang tinggal di Kecamatan Pontianak Barat, Kelurahan Sungai Beliung, Provinsi Kalimantan Barat. Anggota keluarga dalam satu rumah Bapak Beni berjumlah 4 orang yang terdiri dari Bapak Beni sebagai kepala keluarga yang berumur 63 tahun dengan keadaan fisik kaki sedikit pincang dikarenakan cedera pada saat sedang bekerja. Seorang istri yaitu Ibu Hamida yang berumur 59 tahun dengan kondisi fisik sangat kurus karena mempunyai penyakit lambung yang dideritanya. Kemudian, 2 orang anaknya yang putus sekolah pada saat menempuh pendidikan SMP karena tidak memiliki biaya untuk mencukupi kebutuhan sekolah.
Kedua anaknya yang berumur 26 tahun dan 24 tahun sama-sama belum memiliki pekerjaan. Anak keduanya mengungkapkan bahwa sudah mencari pekerjaan namun belum juga mendapat pekerjaan dan mereka mengungkapkan bahwa sekarang mencari pekerjaan sangat susah. Bapak Beni bekerja sebagai buruh lepas tukang bangunan yang sekarang sudah tidak bekerja selama delapan bulan terakhir karena mempunyai masalah pada kakinya serta Ibu Hamida adalah ibu rumah tangga yang tidak memiliki pekerjaan dan penghasilan.
Pendapatan Bapak Beni saat masih bekerja tidak stabil, berkisar sekitar Rp100.000,- per hari, dengan nominal tersebut mereka berusaha untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari termasuk biaya listrik, gas, dan bensin. Sumber air minum yang mereka andalkan adalah air hujan yang mereka masak dengan menggunakan kayu api yang dibakar, sedangkan untuk sumber air mandi dan cuci mereka menggunakan air kolam. Untuk memasak makanan seperti memasak nasi, sayur, dan lainnya mereka manggunakan gas LPG 3 kg. Frekuensi makan keluarga Bapak Beni terbilang normal dengan tiga kali makan dalam sehari, selain itu mereka memiliki keahlian yang baik dalam mengatur keuangan.
Dalam beberapa pertanyaan wawancara yang kami lontarkan, salah satunya Bapak Beni menyatakan bahwa jika ada yang sakit Bapak Beni dan keluarga langsung pergi ke rumah sakit atau dokter dengan menggunakan BPJS. Pada saat terakhir kami mendatangi rumah Ibu Hamida, satu hari sebelumnya Ibu Hamida baru saja pulang dari rumah sakit kota karena penyakit lambung yang dideritanya tidak bisa diatasi lagi dengan obat yang dibeli di warung.
Rumah yang mereka tinggal adalah rumah milik sendiri yang berukuran 9m x 6m dengan dibantu oleh pemerintah melalui program Bedah Rumah pada tahun 2022. Rumah ini memiliki 2 ruang kamar tidur, 1 ruang tamu, 1 dapur dan 1 kamar mandi yang sudah menggunakan septic tank. Rumah ini juga menggunakan lampu listrik sebagai penerangan yang daya listriknya 450 watt dengan biaya yang dikeluarkan Rp 80.000,- setiap bulannya.
Dalam menghadapi keterbatasan, mereka mencari solusi dengan membuka warung kecil-kecilan dengan menjual pop ice blender, snack bungkusan, dan goreng gorengan seperti hekeng, sosis, nugget di depan rumah mereka. Warung ini membantu mereka mencukupi kebutuhan sehari-hari dan memberikan tambahan penghasilan bagi keluarga. Namun, sayangnya terakhir kami datangi ibu Hamida menyebutkan bahwa warung kecil itu sudah tidak beroperasi lagi atau sudah tutup karna kurangnya modal untuk berjualan kembali. Dari hasil keuntungan warung pun sudah dipakai untuk kebutuhan sehari hari. Oleh karena itu, keuntungan tersebut tidak dapat memutar modal pada warung kecil tersebut. Jika ada uang untuk modal membeli barang yang dibutuhkan untuk berjualan lagi mereka akan berjualan lagi.
Bapak Beni memiliki kendaraan yaitu 1 unit sepeda motor Jupiter yang dibeli pada tahun 2006. Bapak Beni juga memiliki alat elektronik seperti 1 buah TV yang berukuran 29 inch namun sayangnya TV tersebut telah lama rusak, 1 buah rice cooker dan 1 buah handphone.
Mereka menerima bantuan pemerintah berupa beras 10 kg, lauk pauk dan buah setiap bulan namun tidak menentu, serta bantuan uang tunai sebesar Rp 900.000,- yang di transfer melalui ATM BRI yang telah diberikan pemerintah khusus penerima bantuan, untuk lansia dari Program Keluarga Harapan (PKH) setiap tiga bulan sekali. Bantuan ini sangat membantu mereka untuk bertahan hidup dan menjalani kehidupan sehari-hari.
Pada tahun sebelumnya, mereka mendapat bahan pokok seperti buah buahan, sayur sayuran, beras, minyak dan uang tunai sebesar Rp 200.000,- perbulan. Namun oleh karena ada oknum yang sangat tidak bertanggung jawab dengan cara menjual bahan pokok tersebut dan diketahui oleh petugas dari pemerintah maka bantuan berupa bahan pokok itu dihentikan dan diganti dengan uang.