Pada suatu Rabu di pertengahan Oktober, saya memberi hukuman pada kelas yang saya ajar. Masalahnya berawal ketika saya mendapati ada beberapa anak yang mengantuk, bahkan hampir terlelap, ketika saya baru saja memulai kelas bahasa. Tanpa bertanya apa penyebab mereka berlaku demikian, saya minta mereka menuju lapangan. Saya katakan, "hari ini kelas bahasa akan kita lakukan di luar kelas." Setibanya di lapangan, tanpa saya perintah, mereka langsung membuat barisan. Sepertinya mereka paham bahwa saya marah. Singkat cerita, mereka saya minta berkumpul kembali di sisi lapangan. Saya minta mereka berefleksi tentang pembelajaran luar kelas hari itu. Mereka meminta maaf sambil tetap menjelaskan alasan mereka tertidur di kelas.
Berkaca dari pengalaman tersebut, saya teringat pada teori Skinner tentang reward dan punishment. Reward dan punishment sebenarnya diberikan untuk meningkatkan motivasi, meningkatkan dan memperbaiki prestasi yang sudah didapat.Â
Apa yang saya lakukan di atas adalah dalam bentuk punishment logis, yaitu punishment yang diberikan agar anak  memahami bahwa hukuman adalah akibat yang logis dari sebuah perbuatan yang (dianggap) tidak baik. Saya berharap anak-anak itu akan sadar bahwa hukuman yang saya berikan itu adalah karena kesalahan yang telah mereka lakukan. Dan benar, setelah kejadian itu, tidak ada lagi anak yang mencoba tidur di kelas bahasa. Jangankan tidur, mencobanya pun tidak ada lagi yang berani.
Namun perlu diingat bahwa hukuman adalah langkah paling akhir yang dilakukan. Itu sebabnya, perlu refleksi dari kedua belah pihak, siswa dan guru, sebelum dan atau sesudah hukuman itu dilakukan. Guru harus mencari bentuk hukuman yang sifatnya bukan hukuman fisik. Hukuman tersebut diberikan pada siswa dalam batas kewajaran dan masih dalam bentuk pembelajaran. Sebaiknya guru berhati-hati menentukan bentuk hukuman supaya tidak membuat resah dan menimbulkan dendam dalam diri siswa. Yang terpenting, hukuman adalah pilihan terakhir yang diambil guru dalam memberikan penguatan bagi siswa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H