Mohon tunggu...
Riyani Elfahmi
Riyani Elfahmi Mohon Tunggu... Ibu Rumah Tangga -

IRT yang terus belajar menyukai dunia anak-anak, pengasuhan, & pernikahan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jilbab Lebar Bukan Halangan untuk Meraih Prestasi Besar

15 Maret 2014   19:57 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:54 903
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Indari Mastuti (tengah), ketika di ION, Singapore

Dunia maya bisa membawa petaka, kalau manusia tak bijak menggunakannya. Namun, dunia maya juga bisa membawa manfaat yang luar biasa dan mampu mengubah impian menjadi nyata. Itu kesan yang saya rasakan selama menyelam di dunia maya.

Boleh dikata, saya belum terlalu lama mengenal dunia maya. Perkenalan saya pertama kali dengan dunia maya adalah melalui sosial media. Sebagai ibu rumah tangga yang hanya berkutat di dalam rumah, siapa sangka saya juga bisa tertular virus sosial media. Dengan modal sebuah PC dan sebuah modem, saya mulai menjelajah internet di sela-sela kesibukan mengurus rumah dan membesarkan 3 orang anak.

Ketertarikan saya dalam mengenal Islam lebih jauh, membuat saya lebih banyak memanfaatkan internet untuk membaca media-media online yang berisikan informasi seputar agama Islam. Sebelumnya saya memang sudah mengikuti beberapa majelis taklim di sekitar rumah. Ditambah dengan memanfaatkan internet, pengetahuan tentang Islam terasa lebih lengkap. Saya juga bisa menyimak kabar seputar umat Islam yang ada di luar negeri dengan cepat.

Hal itu membuat sosial media yang menjadi pembuka dalam mengenal internet menjadi tidak terlalu penting lagi buat saya. Fungsinya tidak lebih dari sekadar penghubung dan update informasi tentang teman-teman saja. Namun, keinginan saya untuk berbagi pengetahuan seputar Islam mendorong saya untuk tetap aktif di jejaring sosial. Kenapa saya tidak memanfaatkan sosial media sebagai sarana untuk menebar kebaikan?!

Sejak itu saya mulai menjadi pengguna sosial media yang “cukup aktif”. Saya tidak mengatakan pengguna “aktif”, karena memang saya tidak terlalu sering update status. Saya tidak memiliki kemampuan menulis dengan baik, sehingga untuk menyampaikan satu ayat saja dari Al Quran, saya memilih untuk menulis persis seperti terjemah yang saya baca. Tanpa pengantar, dan tanpa penjelasan. Setelah dipikir-pikir, kok rasanya hambar ya, padahal saya ingin menyampaikan lebih dari sekadar copy paste ayat-ayat Al Quran.

Sampai kemudian saya membaca status salah satu teman SMA saya. Dia menginformasikan tentang tulisan yang dibuatnya dalam sebuah blog melalui sosial media. Hmm, bagaimana caranya bisa menulis seperti itu?! Bisakah saya menulis sebaik itu?! Pertanyaan-pertanyaan itu mengusik saya untuk mengetahui lebih jauh tentang aktivitasnya. Setelah saya membaca profilnya, terlihatlah sebuah grup yang anggotanya adalah ibu-ibu seperti saya.

Sekilas saya lihat grup itu, dan lalu… “klik”. Saya memutuskan untuk bergabung dengan komunitas Ibu-ibu Doyan Nulis, yang disingkat IIDN. Saya sangat berharap bisa belajar menulis melalui komunitas tersebut. Awalnya saya hanya menyimak setiap informasi dari IIDN, terutama yang berhubungan langsung dengan kepenulisan. Selain itu, saya juga suka sekali dengan diskusi parenting-nya. Setelah saya merasa cukup mengenal apa dan bagaimana IIDN, mulailah saya meng-add beberapa pengurus yang ada di dalamnya. Dan tentu saja, Indari Mastuti, Sang Founder Group yang sekaligus Presiden IIDN.

Sebelum saya add Indari dan pengurus yang lain di jejaring sosial, saya hanya bisa mengetahui informasi yang berhubungan dengan IIDN saja. Namun setelah saya meng-add, saya juga memperoleh informasi tentang aktivitas ibu-ibu hebat itu di luar IIDN. Sungguh luar biasa! Ibu-ibu di IIDN, terutama para pengurus, adalah ibu-ibu hebat abad ini. Menembus segala keterbatasan yang umumnya menimpa kebanyakan para ibu, ibu-ibu di IIDN telah menunjukkan eksistensinya. Terlebih para pengurus yang tidak hanya terus menempa diri sendiri, tapi juga membantu dan memotivasi ibu-ibu lain dalam grup itu, termasuk saya.

Melihat profil para pengurus IIDN, ada kebanggaan tersendiri bagi saya sebagai seorang muslimah. Karena sebagian besar dari mereka memakai jilbab, dan bukan sekadar jilbab seperti yang biasa dipakai remaja jaman sekarang, seperti paduan celana ketat dan baju yang sebenarnya sudah tidak cukup (maaf, terlalu kecil, pantasnya sih dipakai adik…). Terlebih lagi Indari, jilbab lebarnya telah menyita perhatian saya. Apalagi saat saya mengetahui usianya yang sebaya dengan saya. Amazing

Indari Mastuti, sebagai founder sekaligus presiden IIDN, tidak hanya mengajak dan memotivasi ibu-ibu anggota IIDN melalui jejaring sosial. Tapi Indari juga mendatangi cabang-cabang IIDN, terutama yang berada di Indonesia, untuk bertemu langsung dengan ibu-ibu anggota IIDN, membagi kisahnya sebagai seorang penulis yang sudah berpengalaman, serta memotivasi ibu-ibu untuk terus menerus menulis dan membantu mereka mewujudkan impiannya menjadi penulis hebat.

1394862491778380755
1394862491778380755

Indari (jilbab hitam), bersama anggota IIDN Semarang

Indari Mastuti yang sudah menggeluti dunia kepenulisan sejak masih remaja ini, juga memiliki kepedulian yang tinggi terhadap lingkungannya. Itu dibuktikannya dengan kesukaannya dengan tanaman. Keterbatasan lahan tidak menjadi halangan bagi Indari untuk menyalurkan hobbinya berkebun. Dinding rumah menjadi pilihan untuk membuat hijau lingkungan rumahnya. Kepeduliannya terhadap lingkungan juga ditunjukkan Indari dengan keinginannya untuk mendirikan bank sampah. Ajakan dari pemuda Karang Taruna di daerah tempat Indari tinggal menjadi jalan bagi Indari untuk mewujudkan keinginannya.

Selain IIDN ada komunitas lain yang didirikan Indari yang anggotanya juga ibu-ibu, yaitu IIDB (Ibu-ibu Doyan Bisnis). Ya, Indari tidak hanya menggeluti dunia kepenulisan tapi dirinya juga merupakan pengusaha yang mengelola bisnisnya secara professional. Dari dunia kepenulisan dan wirausahanya, Indari telah berhasil meraih beberapa penghargaan dari berbagai media.

Berikut ini ulasan singkat mengenai perjalanan karir Indari dari masa ke masa dan beberapa prestasi yang berhasil diraihnya yang saya kutip dari profil Indari Mastuti dalam komunitas IIDN:

Indari Mastuti, memiliki nama lengkap Indari Mastuti Rezki Resmiyati Soleh Addy. Perempuan yang lahir di Bandung, 9 Juli 1980 ini, merupakan entrepreneur di bidang jasa copywriting dengan brand Indscript Creative. Indari memiliki usaha konsultasi dan pembentukan Personal Brand dengan nama Indscript Personal Branding. Ia sudah menulis lebih dari 50 judul buku yang tersebar di berbagai penerbitan di Indonesia serta menetaskan ratusan artikel sejak tahun 1996.

Saat ini Indari sukses mengawal dua komunitas perempuan yaitu Ibu-ibu Doyan Nulis (IIDN) yang berjumlah 10.559 orang dan Ibu-Ibu Doyan Bisnis (IIDB) yang berjumlah 11.475 orang. Selain mengembangkan bisnis serta dua komunitasnya ini, Indari juga tercatat sebagai pengurus di Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) dan pengurus di Indonesia Marketing Association (IMA). Pada tahun 2013, Indari me-launching Sekolah Perempuan, sebuah sekolah yang diperuntukkan bagi ibu rumah tangga.

Bisnis dan komunitas yang dikawalnya telah membuat Indari mendapatkan berbagai penghargaan bergengsi di Indonesia, seperti Perempuan Inspiratif Nova (2010), Finalis Kusala Swadaya (2011), Juara 2 Wirausaha Muda Mandiri (2012), Perempuan Terinspiratif Indonesia Majalah Kartini (2012), Finalis Wanita Wirausaha Femina (2012), Juara 3 Kartini Awards (2012), Finalis Kartini Next Generation (2012), 100 Perempuan Pilihan Indonesia Mengubah Dengan Cinta SunLight (2013), dan Juara I Sekar Womenpreneur (2012).

Dengan meraih begitu banyak prestasi, bukan Indari namanya kalau sudah merasa puas. Baru-baru ini Indari kembali meraih penghargaan bergengsi, yaitu sebagai Superwoman 2014 dari Parkway Singapore. Prestasi yang tentu saja diraih Indari berkat kerja keras dan sikapnya yang tidak mudah menyerah. Prestasi yang dicapai dari kesabaran dan ketekunan Indari dalam menjalani profesinya.

Di samping kesibukan yang saat ini dijalaninya, Indari tetaplah seorang ibu bagi putra-putrinya. Sesekali Indari juga mengantar dan menjemput putrinya ke sekolah. Tak jarang putrinya protes melihat sang bunda yang sering keluar rumah, yang di mata putrinya itu tak lebih dari sekadar jalan-jalan. Indari jugaaktif mengikuti kegiatan yang dilaksanakan di sekolah tempat putrinya belajar. Bagi Indari, itu adalah kesempatan untuk menularkan semangatnya kepada anak-anak.

Semangat itu juga yang saya rasakan. Motivasi yang diberikan Indari dalam menulis melalui formula 3M-nya, yaitu menulis, menulis dan menulis, telah membuat saya lebih sering update status. Dan dengan bimbingan salah satu mentor yang ada di IIDN, sekarang saya juga sudah punya blog. Saya juga mengasah kemampuan menulis dengan mengikuti Kursus Menulis Online (KMO) yang diadakan oleh IIDN. Dan salah satu KMO yang saya ikuti, dibimbing langsung oleh Indari. Semoga saya bisa maksimal menyerap ilmu kepenulisan dari Indari. Harapan saya, suatu saat nanti saya bisa menulis sebaik Indari Mastuti.

Berteman dengan Indari di jejaring sosial benar-benar telah memberi banyak inspirasi buat saya. Saya bisa mengikuti status Indari yang selalu berubah setiap hari dan selalu saja ada hal-hal baru yang dilakukan Indari yang membuat saya tertarik. Rupanya Indari tidak pernah melewatkan untuk berfoto dengan orang-orang yang ditemuinya. Foto profil Indari selalu berubah sejalan dengan aktivitas yang sedang dijalaninya. Dan dari sekian banyak fotonya, tentu saja ada satu yang tidak berubah, yaitu jilbab lebarnya.

Begitulah Indari dengan segala kesibukannya, dan dengan jilbab lebar yang terus melekat di kepalanya. Jilbab lebar itu seolah sudah menjadi ciri khasnya, sehingga orang bisa dengan mudah mengenali Indari dari jilbab lebarnya. Dan jilbab lebar Indari sama sekali tidak menjadi halangan baginya untuk terus mengukir prestasi.

So, keep spirit, Indari Mastuti! Tetap istiqomah, teruslah mengukir prestasi dan menginspirasi muslimah Indonesia...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun