Mohon tunggu...
Riyani Elfahmi
Riyani Elfahmi Mohon Tunggu... Ibu Rumah Tangga -

IRT yang terus belajar menyukai dunia anak-anak, pengasuhan, & pernikahan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Antara Kalimat Tauhid dan Bendera ISIS

16 Agustus 2014   17:28 Diperbarui: 18 Juni 2015   03:23 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

ISIS sedang ramai diperbincangkan. Di negeri ini, ISIS sudah dinyatakan sebagai musuh bersama. Orang yang bahkan sama sekali tidak tahu tentang apa dan bagaimana ISIS, juga ikut saja saat diajak untuk waspada terhadap ISIS. Sangat mungkin terjadi, ada orang yang membenci ISIS, namun dirinya tergabung dengan sebuah kelompok yang namanya mungkin bukan ISIS, tapi wataknya persis seperti ISIS. Begitulah jika kita hanya membebek saja pada sesuatu tanpa didasarkan oleh ilmu.

Tapi di sini, saya tidak membahas ISIS. Karena pengetahuan saya juga masih terbatas tentang kelompok yang muncul dari daerah sekitar timur tengah sana. Dalam menyikapi kelompok-kelompok seperti itu, saya punya cara sendiri. Jika kelompok tersebut melakukan hal-hal yang tidak seperti atau malah jauh dari yang dicontohkan Rosulullah, berarti kelompok itu bukan bagian dari kelompok-kelompok yang benar-benar memperjuangkan Islam. Di sini saya hanya ingin sedikit mengulas tentang tulisan dan lambang yang ada di bendera ISIS. Karena saya melihat, kebanyakan orang Indonesia bukan mewaspadai gerakan kelompok ini, tapi lebih kepada mewaspadai benderanya.

Pada bendera ISIS terdapat kalimat "Laa ilaaha illallah", kalimat tauhid yang memang (sepengetahuan saya) sudah menjadi bendera pejuang-pejuang pergerakan islam, terutama di daerah middle east, bahkan jauh sebelum ISIS ada. Bendera yang tidak hanya digunakan oleh satu kelompok gerakan saja, tapi digunakan oleh banyak gerakan. Sebagai muslim kita mestinya paham, bahwa kalimat itu merupakan kalimat agung yg bisa mengantarkan seseorang menuju surga. Ya, kita bisa masuk surga hanya dengan membawa kalimat tauhid tersebut di dalam hati kita masing-masing.

Pada bendera ISIS juga terdapat lambang, tepat di bawah kalimat tauhid, yang itu merupakan simbol yang tidak bisa dilepaskan dari sejarah perkembangan islam sejak 14 abad yang lalu. Jika kita mengaku muslim, namun saat melihat lambang itu kita langsung mengatakan itu adalah bendera ISIS, mungkin pengetahuan kita tentang sejarah agama yang kita anut perlu dipertanyakan. Lambang itu telah membuat kekuatan dan kebesaran Islam saat itu cukup diperhitungkan, bahkan oleh bangsa Romawi. Ya, 14 abad yang lalu, Rosulullah menggunakan lambang itu sebagai stempel dalam surat-surat yang dikirimkannya kepada pembesar-pembesar kerajaan di sekitar Syam, termasuk Romawi dan Persi. Surat yang isinya adalah ajakan Rosulullah kepada para pembesar itu untuk memeluk Islam. Jadi, lambang itu adalah stempel pertama pemerintahan islam yang dipimpin langsung oleh Rosulullah.

Kalau saat ini, kelompok ISIS menggunakan lambang-lambang itu sebagai bagian dari bendera mereka, kita harus bijaksana dalam menyikapi. Kalau memang ada yang harus disalahkan karena bendera itu, salahkan ISIS-nya, bukan bendera-nya. Saya prihatin, sejak tulisan dan lambang itu dikenal sebagai bagian bendera ISIS, segala sesuatu yang ada tulisan dan lambang itu pasti diidentikkan dengan kelompok ISIS. Sampai-sampai suami saya khawatir, karena di kaca belakang mobilnya terpasang stiker kalimat syahadat. Stiker yang kami pasang sejak tahun 2012, pertama kali kami memiliki mobil tersebut.

Melihat berita di televisi, orang-orang beramai-ramai menghapus mural bendera ISIS dimana-mana, ada keraguan dan kekhawatiran dalam hati saya. Saya ragu bahwa mereka tahu betul apa yang sedang dilakukannya. Menghapus kalimat dan lambang yang agung dan bersejarah bagi agama yang mereka anut. Saya khawatir, bagaimana kalau mereka juga menghapus kalimat tauhid itu dari hati mereka? Bagaimana kalau sampai orang-orang itu membenci kalimat dan lambang yang ada dalam bendera itu? Astaghfirullah..., sebagai muslim saya justru berharap dan berdoa kepada Allah, semoga kalimat "Laa ilaaha illallah" tetap tertanam dalam hati saya, dan terus saya bawa hingga mati.


Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun