Mentari senja sore itu perlahan mulai menenggelamkan diri.
Dengan sigap, sang malam menggantikannya.
Kami masih asyik bersenda gurau di pesisir pantai, ditemani debur ombak yang berkejaran.
"Kau betul-betul yakin dengan keputusanmu?"
"Tentu. Kenapa?"
"Tidak apa-apa."
"Kau takut ya?"
"Jujur, sedikit."
"Apa yang kau takutkan? Jakarta itu dekat."
"Bukan, jarak itu tak ubahnya hanyalah angka, lagipula, yang aku takutkan adalah perubahan sikapmu nanti."