Mohon tunggu...
Riyan Aulia Ramadhan
Riyan Aulia Ramadhan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lahir di hari dan kota santri, tetapi belum pernah menjadi santri.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Adab dan Ilmu sebagai Profesionalisme Dakwah

26 Juni 2024   06:19 Diperbarui: 26 Juni 2024   06:59 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Syamsul Yakin & Riyan Aulia Ramadhan (Dosen & Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah)

Oleh: Syamsul Yakin & Riyan Aulia Ramadhan (Dosen & Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah)

Dakwah dan retorika sebagai sebuah ilmu haruslah terbebas dari nilai. Artinya, Ilmu dakwah dan ilmu retorika harus dikembangkan dengan dasar ilmu pengetahuan. Pertimbangan lainnya, seperti pertimbangan adab tidak dapat digunakan dalam pengembangan Ilmu dakwah dan ilmu retorika.

Meskipun begitu, tenyata adab ada di dalam ilmu dakwah dan ilmu retorika. Artinya, meskipun kedua ilmu itu bebas nilai, tetap harus mempertimbagkan kebenaran dan implikasi yang terjadi. Dengan kata lain, ilmu dakwah dan ilmu retorikan tidak dapat dipisahkan dari adab, yaitu adab yang bersumber dari ajaran agama dan budaya yang ada didalam masyarakat.

Adab dan ilmu dalam retorika dakwah harus dpadankan. Dalam konteks ini berlaku pepatah "ilmu bukan untuk ilmu", tapi ilmu untuk kebaikan dan kemudahan hidup manusia di dunia dan di akhirat. Adanya ilmu adalah untuk kemanusiaan dan dengan hal inilah adab itu penting.

Dalam penerapanya, retorika dakwah itu tidak hanya ilmu berdakwah secara efektif dan efisien, menarik dan atraktif, namun juga aturan kesopanan, keramahan, dan budi pekerti yang agung. Terutama pada awalnya dakwah itu subjektif, tegas dan penuh nilai. Retorika pada awalnya berasal dari budaya dan sebuah kesatuan nilai.

Retorika lahir dari budaya, berkembang menjadi seni bertutur,  tumbuh menjadi pengetahuan, dan secara permanen diakui sebagai ilmu, pada titik tertinggi inilah retorika perlu diikat oleh adab. Adab menjadi hal yang harus bersatu padu dengan budaya, seni, pengetahuan, dan ilmu.

Begitupun dengan dakwah. Berawal dari dogma atau ajaran agama, lalu menjadi pengetahuan berdasar pengalaman yang belum teruji secara ilmiah, lalu secara tetap menjadi ilmu dakwah yang tentu juga harus didampingi adab. Dalam berdakwah, seorang dai harus menunjukkan kesopanan, keramahan, dan budi pekerti yang baik.

Menggabungkan adab dan ilmu dalam retorika dakwah menghasilkan dua hal. Pertama, tergusurnya komodifikasi dakwah. Komodifikasi dakwah menjadikan dakwah sebagai komoditas atau barang dagangan. Selama ini komodifikasi dakwah berlindung di bawah payung profesioalisme dan manajemen. Seorang dai yang berilmu dan beradab pasti akan menolak adanya komodifikasi dalam berdakwah.

Seorang dai dan mitra dakwah dilarang keras menjadikan dakwah sebagai bisnis. Namun dai dan mitra dakwah boleh mendakwahkan bisnis karena Nabi, para sababat, dan ulama banyak yang berprofesi sebagai pedagang. Seorang dai harus memfokuskan diri untuk menghidupkan dakwah, bukan bergantung pada dakwah untuk penghidupannya.

Kedua, Menggabungkan adab dan ilmu dalam retorika dakwah akan menjadikan seorang dai sebagai profesional sejati. Makna profesional itu bukan terkenal, memiliki manajer, dan harus dibayar, Namun, memiliki adab dan ilmu dalam berdakwah serta beretorika.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun