Mohon tunggu...
Riyan Aulia Ramadhan
Riyan Aulia Ramadhan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lahir di hari dan kota santri, tetapi belum pernah menjadi santri.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Retorika dan Dakwah Sebagai Seni Berbicara yang Edukatif

16 Juni 2024   18:15 Diperbarui: 16 Juni 2024   18:15 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Syamsul Yakin & Riyan Aulia Ramadhan (Dosen & Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah)/dokpri

Oleh: Syamsul Yakin & Riyan Aulia Ramadhan (Dosen & Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah)

Retorika dan dakwah begitu dekat, saling berhubungan dan tidak dapat dipisahkan. Jika retorika itu adalah seni berbicara, maka dakwah secara definitif berarti mengajak dengan cara berbicara. Bentuk dakwah billisan dilakukan dengan bahasa yang indah dan memesona mad'u. 

Retorika mendalami komunikasi verbal, baik lisan maupun tulisan. Dalam dakwah, dikenal bentuk dakwah billisan dan bilkitabah (tulisan). Spektrum dakwah tidak hanya melibatkan seruan lisan, tetapi juga melalui tulisan.

Kemudian, retorika juga mengenal komunikasi nonverbal, baik tatap muka maupun tatap maya, Dalam dakwah, dikenal bentuk dakwah bilhal. Dakwah bilhal bisa secara online bisa juga offline. Dalam retorika, dikenal penggunaan bahasa tubuh dan gerakan tubuh, yang dalam konteks dakwah diartikan sebagai menyampaikan keteladanan atau menjadi role model (teladan).

Jika retorika berkembang dari seni berbicara menjadi ilmu berbicara, maka dakwah juga berkembang dari kegiatan agama menjadi kajian agama. Retorika awalnya muncul sebagai bagian dari warisan budaya, lalu berkembang menjadi lebih terstruktur. Demikian pula, dakwah telah berkembang menjadi ilmu dakwah yang sistematis, logis, dan dapat diverifikasi kebenarannya.

Tujuan retorika adalah untuk menyampaikan pesan secara informatif, persuasif, dan rekreatif. Dengan demikian, pesan dakwah yang terdiri dari akidah, syariah, dan akhlak juga dapat disampaikan dengan cara-cara tersebut. Bahkan, tujuan retorika dan dakwah, pada tingkat tertentu, sama-sama bersifat edukatif.

Dalam konteks tujuan retorika yang persuasif, dakwah menggunakan metode seperti bilhikmah, ceramah, dan diskusi, yang semuanya harus disampaikan dengan cara yang lembut.

Jika dalam pengembangan retorika diperlukan penggunaan bahasa baku, berbasis data dan riset, persyaratan yang sama juga berlaku bagi dakwah, baik melalui lisan, tulisan, maupun tindakan. Terlebih lagi, saat ini mad'u semakin kritis dan rasional.

Aristoteles memperkenalkan pathos, logos, dan ethos, begitupun para dai yang harus memiilki ketiganya, baik intelektual maupun spiritual. Namun dalam konteks pathos, ekspresi sedih atau gembira dari para dai bukan sekadar retorika.

Dalam menyampaikan dakwah haruslah menguasai retorika verbal dan nonverbal. Sebaliknya dalam beretorika juga diharapkan memasukkan konten dakwah, baik akidah, syariah, dan akhlak. Dakwah tanpa retorika tidak efektif, sedangkan retorika tanpa muatan dakwah kehilangan arah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun