Praktik Baik Implementasi Kurikulum Merdeka Dan Jabar Masagi
Sumber: https://guru.kemdikbud.go.id/bukti-karya/pdf/522667
PRAKTIK BAIK
PELESTARIAN KEARIFAN LOKAL
MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS PROJECT
"PALA DAN TANGKIL SMANSADA”
- Latar Belakang
SMA Negeri 1 Darangdan menyambut baik Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 719/P/2020 Tentang Pedoman Pelaksanaan Kurikulum Pada Satuan Pendidikan Dalam Kondisi Khusus, bahwa Satuan Pendidikan diberi fleksibilitas untuk menentukan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan pembelajaran peserta didik. Selain itu, Standar Nasional Pendidikan Indonesia mengamanatkan bahwa Pendidikan haruslah merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, dan keterampilan yang diperlukan dirinya serta masyarakat.
Mendikbudristek telah menegaskan bahwa ada 3 dosa pendidikan yang harus kita tangani dengan serius dan penuh tanggung jawab, yaitu: kekerasan seksual, intoleransi, dan perundungan. Atas dasar itulah menjadi latar belakang penulis yang berprofesi sebagai pendidik atau Guru, memiliki tugas dan tanggung jawab dalam memberikan proses pembelajaran yang dapat mengembangkan potensi anak dan menjembatani setiap kebutuhannya dengan ”kabagjaan” atau kebahagiaan melalui perencanaan yang cermat. Proses pembelajaran yang dimaksud di sini adalah proses pembelajaran yang mengimplementasikan Kurikulum Merdeka yang selaras dengan kurikulum Masagi melalui Pembelajaran berbasis Project dan Kearifan lokal Budaya Jawa Barat, yang memberi pengalaman belajar bermakna dan juga pembentukan karakter sesuai dengan profil pelajar pancasila melalui Desain pembelajaran berbasis aktivitas, berlandaskan nilai-nilai kearifan budaya Jawa Barat.
Pemerintah sebetulnya telah menetapkan standar isi yang dipercaya dapat membantu peserta didik mencapai kompetensi lulusan yang diharapkan. Standar isi ini menjadi dasar dalam pengembangan Kurikulum Operasional Satuan Pendidikan (KOSP). Cara dalam menyampaikan standar isi ini memerlukan kreatifitas dan inovasi terbaik dari kita sebagai seorang guru. Dalam standar proses sebenarnya telah dideskripsikan dengan jelas kriteria pelaksanaan pembelajaran seperti apa yang harus dikembangkan di sekolah beserta prinsip-prinsipnya. Pembelajaran berbasis project dengan siklus belajar 4 Niti, “Niti Surti, Niti Harti, Niti Bukti dan Niti Bakti” berpusat pada kebutuhan peserta didik yang sesuai dengan kodrat dirinya, kodrat alamnya, dan kodrat zamannya sejalan dengan filosofi Pendidikan menurut Bapak Pendidikan Nasional Indonesia Ki Hajar Dewantara. Pembelajaran berbasis project ini merupakan gerakan pendidikan karakter untuk menumbuhkan kesadaran hidup yang dapat menumbuhkan simpati, pemahaman, penerapan dan penginternalisasian nilai-nilai budaya luhur peserta didik di sekolah penulis sebagai bagian dari masyarakat Jawa Barat yang merupakan generasi muda penerus bangsa. Harmoni dan keseimbangan nilai-nilai Surti, Harti, Bukti, dan Bakti akan melahirkan manusia Masagi yang memiliki kesempurnaan perilaku dan kecakapan hidup dalam kesehariannya.
Pancaniti merupakan tahapan filosofi atikan kesundaan yaitu, niti harti, niti surti, niti bukti, niti bakti dan niti sajati. Lima tahapan atikan kesundaan ini memiliki kesamaan level kognitif dalam Taksonomi Bloom dan tujuan Pendidikan versi UNESCO. Bloom membagi level kognitif menjadi enam tingkatan yaitu mengingat, memahami, membedakan, menganalisis, mengevaluasi dan mencipta. Sedangkan Unesco menetapkan empat tujuan pendidikan yaitu learning to know, learning to do, learning to be, dan learning to live together serta kecakapan abad 21 yaitu komunikasi, kolaborasi, berpikir kritis, dan kreatif.
SMA Negeri I Darangdan terletak di kecamatan Darangdan, yang merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Purwakarta yang memiliki beberapa keunggulan, di antaranya berupa desa wisata, hasil pertanian dan perkebunan, serta budaya sunda. Sekolah tempat penulis mengabdi ini, terletak di daerah dataran tinggi, yang asri dan banyak memiliki area persawahan, perkebunan dan pertanian. Salah satu potensi yang dimiliki dari hasil perkebunan dan pertanian di antaranya buah pala dan Tangkil/Melinjo. Pemanfaatan Pala di daerah ini hanya diambil bagian bijinya saja, bagian dagingnya jarang diolah atau dimanfaatkan kembali. Tangkil/melinjo hanya dimanfaatkan untuk bahan pelengkap sayur saja. Pala dan Tangkil menjadi daya tarik penulis untuk ikut turut serta melestarikan kearifan lokal dan budaya yang ada di sekitar sekolah, salah satunya dengan memanfaatkan Pala dan Tangkil untuk dimodifikasi menjadi produk olahan makanan tradisional
Mata Pelajaran PKWU adalah salah satu mata pelajaran kelompok B dengan dasar Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 59 Tahun 2014 Pasal 5 ayat 1. Di mana mata pelajaran kelompok B terdiri dari beberapa jenis seperti seni budaya, pendidikan jasmani dan juga Prakarya dan Kewirausahaan. Selain itu mata pelajaran kelompok B juga merupakan kelompok pelajaran yang substansinya telah dikembangkan oleh pusat serta bisa dilengkapi dengan adanya muatan lokal yang telah dikembangkan oleh pemerintah daerah. Menteri Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan memiliki harapan dengan adanya pembelajaran PKWU yang diberikan dapat menumbuhkan sikap wirausaha dari setiap peserta didik. Prakarya yang telah diajarkan kepada peserta didik sekolah memiliki tujuan sebagai pelatihan dan pengelolaan penciptaan karya atau produksi. Sedangkan untuk kewirausahaan diharapkan mampu menumbuhkan sikap disiplin, komitmen tinggi, jujur, kreatif, inovatif, mandiri serta berfikir secara realistis. Mambangun sisi ketrampilan peserta didik sekolah menengah atas tentunya sangat penting sekali. Oleh karena itu PKWU hadir sebagai media menggali potensi diri setiap peserta didik. Untuk itu aktivitas peserta didik perlu dikembangkan melalui pengalaman bermakna salah satunya mengintegrasikan konten pelajaran dengan konsep Pancaniti dari Kurikulum masagi. Desain Pembelajaran ini menerapkan konsep materi tentang “Pengolahan Makanan Awetan Dari Bahan Nabati” yang dikontekstualkan melalui praktik baik sesuai dengan potensi alam yang ada di lingkungan sekolah.
Berdasarkan paparan tersebut di atas maka penulis ingin mencoba menerapkan model pembelajaran berbasis project dan kearifan lokal Budaya Jawa Barat melalui kegiatan praktik baik dengan