Mungkin, ilmu yang mereka ajarkan memeng merasa sederhana bagi kita, tetapi apa yang sudah mereka lakukan setidak-tidaknya bisa membuka cakrawala berpikir kita.
Tidak heran kalau bangsa-bangsa yang maju begitu mengepresiasi para guru.
 Kisah tentang kebangkitan jepang pasca ledakan hebat di kota-kota vital mereka. Hiroshima dan Nagasaki, misalnya. Mereka telah luluh-lanta saat itu. Tetapi kaisar Hirohito adalah seorang pemimpin yang ulung.  Beliau mengatahui bangsanya telah hancur-lebur, tetapi sejarah bellum usai.Â
Maka, ditanyakan, "Ada berapa guru yang masih tersisa?" Lalu langkah -langkah pembenahan di mulai dari sistem pendidikan untuk membangun karakter yang bagus pada tiap-tiap warga, tidak hanya sarana tranfer ilmu semata. Alhasil, bangsa jepang termasuk paling patuh terhadap peraturan negaranya. Dan kini Jepang termasuk bangsa maju yang adilnya dalm bidang ilmu dan teknologi dunia sangat besar.
Sejatinya, potret yang demikian telah terjadi dalam sejarah umat Islam. Dulu, ilmuwan muslim banyak yang menjadi rujukan, seperti ibnuzina, Al-khurismi, Al-biruni, Al-kindi. Dan lain sebagainya. Jadi amat salah seorang yang menganggap pesantren-pesantren hanyalah tempat untuk orang -orang yang ingin menguasai ilmu agama saja, tidak untuk orang yang ingin maju dalam penguasaan ilmu-pengatahuan dan teknologi modern. Sekarang sudah banyak pesantren-pesantren modern yang tidak ketinggalan perhatiannya terhadap urusan perkembangan IPTEK.Â
Sehingga diharapkan generasi muda Islam menjadi generasi yang menguasai ilmu agama, memiliki adap dan akhlak yang mulia, juga turut mengikuti perkembangan iptek yang ada. Dan untuk cita-cita yang mulia ini, peran para guru amat Vital.
Lantaran dahsyatnya peran para guru terhadap kehidupan kita, sudah amat wajar jika kita tidak melupakan mereka dalam doa-doa terbaik, bahkan  jika memungkinkan bagi kita untuk membantu mereka, seharusnya kita tidak berberat hati. Jika kita punyak kelimpahan meteri, maka bantula guru-guru yang kesulitan ekonomi.Â
Kita tidak akan pernah bisa membalas jasa-jasa guri kita, sebab setiap huruf yang telah mereka ajarkan adalah kebaikan. Kita hanya bisa berusaha untuk membantu kesulitan yang mereka rasakan, kemudian menyebut-nyebut nama mereka dalam doa-doa kita yang terbaik. Supaya sang maha pencipta mencurahkan rahmat Nya kepada mereka.
Impian para guru mewariskan ilmu yang tercatat sebagai amal jariyah. Supaya tetap membuahkan pahala bagi mereka, walaupun mereka sudah meninggalkan dunia, cita-cita ini selalu saya usahakan mewujudkan dengan berbagai cara, mulai dari terus menulis, juga aktif mengisi kajian-kajian dan diskusi.
Ilmu diamalkan dengan cara, yakni menjadikan bekal untuk beramal dan juga mengajarkan kepada sesama yang bellum mengatahui. Ilmu tidak akan berkurang dengan dibagikan kepada orang lain, justru akan bertambah, kerena Allah SWT. Yang akan memudahkan kita untuk mendapatkan ilmu kebih banyak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H