Dalam sebuah pemerintahan suatu negara dibutuhkan dua kekuatan yang mesti eksis menjalankan roda kehidupan di negara tersebut. Dua kekuatan tersebut memang berseberangan; koalisi dan oposisi. Akan tetapi, keberadaan keduanya menjadi syarat jalannya pemerintahan yang bertanggung jawab.
Negara kita, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) pada periode barunya pascapilpres 2014 ini pun tak luput dalam membutuhkan kedua kekuatan tersebut. Kekuatan koalisi berada dalam jalur internal pemerintahan sebagai lembaga eksekutif yang menjalankan roda pemerintahan negara. Kekuatan koalisi dibangun oleh partai atau pasangan pemenang pemilu bersama partai lain yang ingin bergabung dalam tim koalisi selama periode pemerintahan mendatang. Meskipun koalisi bukan berarti partai dalam koalisi tersebut harus selalu satu suara dalam setiap putusan. Hal ini yang jarang dipahami sehingga koalisi dikategorikan sebagai partai atau gabungan partai yang harus manut (menurut) saja.
Berbeda dengan koalisi, tim oposisi berperan sebagai penyeimbangnya. Oposisi memiliki peran mengontrol jalannya pemerintahan terpilih selama masa yang ada. Meski nampak seperti peran antagonis, keberadaan oposisi sangat dibutuhkan agar jalannya pemerintahan jauh dari otorotarianisme.
Dalam halnya Jokowi-JK yang tengah menyiapkan tim koalisinya, Prabowo-Hatta sebagai pihak oposisi berusaha tetap solid dalam menjaga keutuhan Tim Merah Putih sebagai oposan dalam periode mendatang ini. Tak sedikit memang partai atau pimpinan partai yang tergiur untuk berpindah haluan. Tak dipungkiri, hal itu sangat bisa terjadi. Menjadi tim koalisi secara kasat mata memiliki kesempatan lebih untuk mendapatkan ‘jatah’ kursi dewan. Itulah yang mungkin membuat beberapa yang semula mendukung Tim Merah Putih berpindah.
Adapun Tim Merah Putih sebagai oposisi, sejatinya memiliki harapan lebih dari masyarakat sebagai pihak penyeimbang dalam hal pemerintahan mendatang. Tidak adanya kekuatan oposisi sangat berbahaya bagi kontrol fungsi pemerintahan. Memang tidak selalu menyenangkan menjadi oposisi di mana nampak sebagai antagonis dalam pemerintahan. Akan tetapi, kesolidan oposisi juga mesti diupayakan dalam mewujudkan kebermanfaatan lebih besar dalam kehidupan pemerintahan. Tidak boleh ada otoritarianisme, kesewenangan dalam pengambilan kebijakan, dll yang bisa menimbulkan kerugian rakyat.
Tetaplah solid, Tim Merah Putih..