Mohon tunggu...
Riya FitriLiya
Riya FitriLiya Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa IAIN JEMBER

Kesempatan tidak hanya datang sekali, tetapi berkali-kali

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sebelum Sp.d

5 April 2020   21:27 Diperbarui: 5 April 2020   21:28 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash


Sebelum menginjak jenjang yang lebih tinggi tentunya pelajar akan memulai dari masa taman kanak-kanak, sekolah dasar, menengah pertama, menengah atas, baru sampai ke perguruan tinggi. Namun banyak tidak tau bahwa dibalik itu semua terdapat banyak kisah mulai senyum, tawa, air mata tersimpan sebagai memori pengalaman yang tentu tak dapat di lupakan begitu saja. Senyum terpancar dari sosok pekerja keras yang menginginkan putra putri nya menjadi seorang sarjana. Tapi apakah kita tau bahwa di balik senyum itu terdapat keringat dan air mata yang bercucuran deras? Tawa yang beliau suarakan untuk pelipur lara dan letihnya setelah bekerja keras seharian. Itu semuanya beliau lakukan hanya untuk melihat senyum, tawa bahagia dari seorang anak yang ia sayangi. Beliau hanya ingin melihat anak yang ia bangga-bangga kan menjadi orang yang berhasil, orang yang sukses, bisa membanggakan orang tua nya. Perjuangan nya belum usai selama mencari pundi-pundi rupiah apa engkau tau beliau teguhkan hati dan menup telinga dari mereka yang hanya bisa mengurusi hidup orang lain, gunjingan itu bagaikan bom yang akan meledak sewaktu-waktu.

Apa beliau pernah bercerita tentang hal itu? Tentu tidak beliau menelan manis kehidupannya sendiri tanpa harus berbagi denganmu. Kerja dari pagi hingga petang beliau jalani tanpa mengeluh lelahnya kerja seharian. Beliau tak ingin apa-apa beliau hanya ingin melihat putra putri nya menjadi seorang sarjana dan menjadi orang yang sukses. Dengan bangga nya beliau mengantar kan kita meraih toga, tangis haru bahagia terpancar dari raut wajah nya. Kini tiba saatnya kita membalas Budi mereka dengan mencari lapangan pekerjaan dengan gelar yang sudah di dapat yaitu seorang sarjana pendidikan. Tentu kita akan mengajar dan berprofesi sebagai seorang guru, mengajar dengan ilmu pengetahuan yang telah kita dapat tentu di mulai dengan menerapkan kepada peserta didik yang akan kita jumpai di setiap harinya. Senyum tawa akan menghiasi suasana belajar di setiap harinya. Tetapi ekpektasi tak sesuai realita banyak seorang sarjana pengangguran karena kurangnya lapangan pekerjaan yang memadai. Banyak guru honorer dari muda sampai tua belum juga PNS.

Sampai banyaknya lulusan sarjana pendidikan yang berstatus sebagai seorang guru honorer. Tak hanya itu sekarang sekolah menolak sarjana untuk sukwan di sekolah-sekolah itu disebkan Guru honor yang sudah lama mengajar belum juga diangkat menjadi seorang PNS. Oleh karenanya itu kini muncul terobosan baru untuk mengisi waktu luang banyak sarjana yang berprofesi menjadi seorang guru les privat, yang akan membantu peserta didik belajar dan menjelaskan materi supaya lebih mudah untu memahami. Itu semua semata-mata agar mereka bisa menyalurkan kemampuan nya dan bisa mendapatkan sebuah penghasilan .

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun