Alhamdulillah, berkat lulusan Ekonomi Islam dari UII Yogyakarta saya memberanikan diri menjadi praktisi pasar modal syariah. Awal mula saya tertarik punya akun pada sekuritas atau broker karena adanya pemantik janji seorang pengampuh materi "Pasar Modal Syariah" kala itu tidak terlihat konglomerat, tidak nampak tajir dan kagumnya lagi style beliau humble low profile.Â
Saat itu sebut saja pak Syah, beliau bilang kesemua isi ruangan bawalah data diri kalian tanpa terkecuali lapor ke sekuritas untuk mendaftarkan akun saham halal dan soal deposit awal sebagaimana persyaratan sekuritas minta uangnya ke saya! Nah saya kemudian mikir 🤔 ini bapak kasih uang tempat lain beda lagi malah keluar duit.Â
Pada akhirnya saya mengerti dan paham maksud beliau biar gak cuma teori muridnya menguasai namun juga praktik dengan terjadinya proses. Hingga suatu masa saya putuskan deposit sedikit demi sedikit menggemukkan neraca guna posisi porsi buy/sell saya lebih variatif.Â
Masa bodoh keputusan takeprofit atau cutloss yg terjadi, dalam pikiran saya ketika itu mental keberanian yang saya ingin ambil dari peristiwa ini sehingga besok-besok kalau saya ngomongin saham ke orang-orang saya gak rayu pakai bujuk cuan, saya gak iklankan cara kaya raya, yang saya ingin tonjolkan adalah analisis dari risiko, manajemen, regulasi dan bakal tujuan apa itu keuntungan?Â
Jujur jika boleh curhat main saham adalah bicara imbalan (return) dalam persen (%), 1 Miliar modal deposit berbeda value (nilainya) dengan 1 Juta modal deposit.Â
Maka dalam perolehan hasil return investasi walaupun keduanya sama dalam return persenan (%) namun berbeda dalam return value (aset) makanya dinamakan "Pasar Modal"! Yang banyak modalnya gila returnnya yang sedikit modalnya sedikit pula risikonya begitu pula sebaliknya, bila sedikit modalnya minim returnnya yang banyak modalnya dahsyat risikonya. Sebagai contoh, per lembar saham perusahan di JPFA Tbk Rp1785 saat dibeli. Peraturan pembelian 1 Lot (100 lembar saham).
Dengan modal investasi 1 Miliar bisa beli 500.000Â lembar saham maka modal yang harus dikeluarkan ialah: 1785 x 500.000 = Rp892.500.000. Sedangkan Rp1785 dengan modal 1 Juta bisa beli 500 lembar saham maka modal yang harus dikeluarkan ialah: 1785 x 500 = Rp892.500.
Sekarang mari pelajari returnnya dari perbandingan modal selisih antara modal 1M asumsikan sama-sama return positif +5.04% Rp1875 saat menjual.
1785 x 500.000 = Rp892.500.000.
Dengan catatan menanti harga naik ke perubahan bullish dari semula harga saham /lembar 1785 ke 1875 (+5.04%).
1875 x 500.000 lembar = Rp937.500.000 - Rp892.500.000 = Rp45.000.000 (diluar fee transaksi). Keuntungan +5.04% dari modal Rp892.500.000 = Rp45.000.000.
Lalu bagaimana jika modal investor 1J yang sama-sama positif +5.04% namun jumlah lembar saham kepemilikan berbeda dengan investor 1M?
1785 x 500 lembar = Rp892.500.
Dengan catatan menanti harga naik ke perubahan bullish dari semula harga saham /lembar 1785 ke 1875 (+5.04%).
1875 x 500 = Rp937.500 - Rp892.500 = Rp45.000 (diluar fee transaksi). Keuntungan +5.04% dari modal Rp892.500 = Rp45.000.
Sebaliknya jika risiko return diperoleh negatif (-5.04%) masing-masing antara modal 1M (500.000 = Rp892.500.000) dan 1j (500 = Rp892.500), rugi berapa valuasinya saat di Rp1695 harga jual? Rp1695 x 500.000 = Rp847.500.000 berbanding Rp1695 x 500 = Rp847.500. Maka hasil loss adalah:
Rp892.500.000 - Rp847.500.000 = -Rp45.000.000 (jika harga saham /lembar asumsi perubahan bearish -5.04% dari 1785 loss Rp1695).