Mohon tunggu...
Slamet Riyadi
Slamet Riyadi Mohon Tunggu... -

JKW-JK, 2 orang baik

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Ini, Alasan Mahfud MD Pecah PKB

24 Mei 2014   17:07 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:09 318
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14008918331722855931

[caption id="attachment_325341" align="aligncenter" width="360" caption="sumber: nefosnews"][/caption]

Sosok Mahfud MD yang memutuskan bergabung dengan Prabowo mendapat sorotan tajam. Keputusan yang diambil Mahfud dituding sebagai ungkapan seseorang yang lagi sakit hati seperti halnya Rhoma Irama. Yang membedakan, Rhoma tidak dijanjikan kursi menteri, sementara Mahfud dijanjikan kursi menteri utama dan ketua timses. Iming-iming inilah yang diyakini membuat Mahfud meloncat ke kubu Prabowo dan merelakan PKB pecah.

Muhaimin Iskandar, Ketum PKB, mengaku kaget mendengar berita tersebut. PKB yang merapat ke Jokowi telah menawarkan tiga cawapresnya yaitu Rhoma Irama, Jusuf Kalla dan Mahfud MD. Terlepas bahwa akhirnya JK yang terpilih adalah di luar kemampuan Muhaimin mengingat banyaknya faktor yang harus diperhitungkan, Muhaimin cukup fair.

Begitu pula Mahfud, selayaknya dia bisa menerima keputusan JK yang mendampingi Jokowi. Tindakan Mahfud MD yang tidak legowo tersebut turut disesalkan banyak pihak. Ambisi yang terlalu besar menjatuhkan integritas dirinya, hingga rela mengkhianati partainya walaupun telah ikut memperjuangkannya. Bagi seorang Mahfud, "tega membalas dengan air tuba" asalkan terpenuhi ambisi pribadinya.

Ambisi Mahfud sebenarnya sudah terlihat sejak awal. Bersama Amien Rais, Mahfud menggalang pembentukan poros tengah jilid II yang akhirnya gagal. Motivasi Mahfud adalah untuk mencalonkan dirinya sebagai capres, seperti yang dia nyatakan sendiri "Mahfud mengakui pencapresan dirinya bisa melalui jalur poros tengah, selain diajukan oleh salah satu parpol". Dalam perkembangannya, Amien Rais membuat manuver dengan membentuk koalisi Indonesia Raya yang menggabungkan partai Islam dengan Partai Nasionalis. Hal inilah yang membuat Mahfud "geram" karena kehilangan kesempatan untuk diusung sebagai capres.

Manuver selanjutnya dilakukan Mahfud dengan menjajaki koalisi bersama Ical di Bali, yang kembali berujung pada kegagalan. Sementara itu, di saat bersamaan PKB sudah mantab bergabung dengan Jokowi. Namun, tidak berhenti di situ saja manuver Mahfud kembali dilakukan dengan mengunjungi kantor Surya Paloh untuk mempromosikan dirinya sebagai cawapres Jokowi.

Manuver Mahfud menimbulkan tanda tanya besar bagi banyak pihak. Kenapa dia tidak mengkonsolidasikan langkahnya dengan Muhaimin? Kenapa dia tidak mengikuti mekanisme partai yang menyerahkan sepenuhnya keputusan cawapres kepada Jokowi? Seakan dia terlepas begitu saja dari PKB bagaikan "anak hilang, kebingungan mencari induknya?". Banyak orang menyayangkan Muhaimin yang tidak bisa menyelesaikan konflik internal sehingga menyebabkan Rhoma dan Mahfud hengkang. Namun, melihat paparan di atas, saya menilai Muhaimin sudah cukup fair, bahkan terlewat besar toleransinya, hingga membiarkan Mahfud melancarkan manuver-manuvernya tanpa memberikan sangsi atau teguran.

Yang menggelikan adalah kelakuan Mahfud MD. Pada suatu kesempatan, Mahfud menyatakan PKB adalah anak kandung NU dan alat perjuangan politik NU, sehingga menjadi kewajiban bagi setiap kader NU untuk membesarkan PKB sebagai sarana perjuangan visi dan misi NU. Mahfud juga menegaskan "Tak perlu bingung mengenai tiga calon presiden PKB: Rhoma Irama, Jusuf Kalla dan saya sendiri. Semua bertugas membesarkan PKB".

Nampak mulia apa yang diucapkan Mahfud MD. Namun menjadi lucu, ketika dia malah membiarkan PKB pecah karena tidak bisa menerima keputusan Jokowi menjadikan JK sebagai cawapresnya. Bukan dirinya. Ambisi yang terlalu besar mengalahkan cita-cita mulia yang pernah diperjuangkannya.

Kini, mahfud boleh terbahak membayangkan nikmatnya iming-iming yang dijanjikan Prabowo. Namun, publik akan selalu mencatat ucapannya "Emang sudah dari dulu PKB terbelah. Tinggal siapa saja yang dapat belahan terbanyak".

Naudzubillahimindzalik!

Salam





Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun