[caption id="attachment_328581" align="aligncenter" width="420" caption="http://www.jpnn.com/read/2014/06/09/239354/Koalisi-Ramping,-Jokowi-JK-tak-Terbebani-"][/caption]
Saat membuka Forum Anti Korupsi di Istana Negara (Setkab, 10/6), SBY menyampaikan,
"Pemberantasan korupsi perlu dukungan Pemimpin di semua level. Dimana hal ini akan tercermin, ketika Pemimpin dihadapkan kepada pilihan. Mau, membela teman-teman dekatnya, kelompok politiknya. Atau, mampu bersikap adil dan menghormati proses penegakan hukum itu sendiri"
Pernyataan SBY ini, mengingatkan saya pada tekad Jokowi untuk membentuk "koalisi ramping". Seperti yang diucapkannya,
"Koalisi kami ramping dan berdasarkan hati yang ikhlas"
Jokowi menambahkan, kepercayaan dirinya tumbuh, karena koalisi yang dibangunnya sangat ramping. Sehingga, tidak akan membebani dirinya, untuk membentuk pemerintahan yang bersih (JPNN, 9/6). JK menguatkan pernyataan Jokowi, dengan membandingkan koalisi gemuk di kubu Prabowo-Hatta, yang dinilai berpotensi menciptakan banyak tekanan internal.
Seperti yang telah disampaikan SBY, Prabowo akan sulit bersikap adil dan cenderung melecehkan proses penegakan hukum. Pasalnya, Prabowo akan dengan mudahnya terjebak ke dalam pusaran kepentingan partai-partai politik koalisinya. Daripada, memenuhi harapan rakyat banyak.
Jelas terlihat, adanya kesamaan visi-misi antara SBY dan Jokowi-JK terkait pemberantasan korupsi. Di saat bersamaan, sekaligus mematahkan konsep koalisi tenda besar, yang selalu didengung-dengungkan oleh Prabowo. Hingga, pada suatu kesempatan, Fadli Zon menyatakan (Kompas, 13/4),
"Kalau tidak bagi-bagi kursi, terus mau dimakan sendiri? Kalau tidak bagi-bagi kursi, omong kosong itu"
Ungkapan yang congkak dari Petinggi Partai Gerindra. Menanggapi hal itu, Jokowi kembali menegaskan (Kompas, 19/4),
"Sekali lagi, kami enggak mau bagi-bagi kursi. Menurut saya, masuk akal saja"