Mohon tunggu...
Riyadi Ariyanto
Riyadi Ariyanto Mohon Tunggu... pegawai negeri -

semua akan berlangsung dan berakhir begitu saja, apakah keberhasilan atau kegagalan sekalipun. Terlalu jauh dari apa yang disebut bahagia tanpa kita benar-benar bisa berterima kasih pada setiap detik yang kita punya.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

kemping

31 Januari 2011   16:39 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:01 309
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sat at 19:18 ยท Delete

Saya tertarik dengan komentar Iwan dan Ajeng Tri. Saya menelepon Pak Hendro, teman guru ." Antarkan saya ke tempat kemping bernama Biskit. Saya sudah tak ada alternatif tempat lain. Tempat ini berhantu kata beberapa orang dan penduduk sekitar. Saya mau survey dulu, pak. Seperti apa tempatnya, saya mau pastikan tempat ini nyaman buat Luftan. " kami meluncur kesana, satu setengah jam sampai di sana dengan sepeda motor Pak Hendro. Saya berbicara dengan beberapa penduduk sekitar hutan. Sebagian besar mengatakan tempatnya angker, sebagaian lagi mengatakan sekarang tidak lagi. Saya teruskan perjalanan menuju tengah hutan. Banyak pohon besar dan sedikit gelap. Bayangan tentang hantu kadang berkurang saat saya melihat indahnya pemandangan. Kadang bertambah takut bila melihat pohon teramat besar yang saya hubungkan dengan cerita satpam sekolah yang kesurupan. Saya juga tidak boleh terlalu lama di sini. Saya menghubungi pengelola dan saya sampaikan, saya akan bermalam di sini malam ini bersama anak kecil. Saat berbicara dengan penduduk dan pengelola, saya mengulang kata-kata bersama anak kecil untuk mendapatkan perhatian. Pak Hendro sedikit melarang dan menyarankan tempat lain yang sulit diterima oleh saya atau Luftan. Saya mendapatkan nomer HP Pak Yono, pengelola dan juri kunci tempat ini. Saya hubungi Pak Yono tetapi sulit sekali saya dengar suaranya. Sepertinya dia tengah berada di undangan walimahan. Begitu berisik. Saya putuskan sendiri, saya akan berada di sini, bersama Luftan malam ini." Bissmillahirrohmannirrohim." Saya pulang. Luftan masih menunggu di rumah.

Tiba di rumah jam 3 sore. Jam berangkat yang saya janjikan. Apa yang terjadi? Luftan tertidur dengan baju kemping lengkap, bersepatu, binocular sudah tergantung di leher dan tas punggungnya berfungsi sebagai guling. Saya membangunkannya pelan,"Luftan, ayo berangkat!"

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun