Mohon tunggu...
Riyadh Syami
Riyadh Syami Mohon Tunggu... wiraswasta -

S-1 Manajemen Universitas Brawijaya Malang. Pembaca yang hobi menulis dan penulis yang hobi membaca. Twitter: @riyadhsyami. Facebook: riyadh.syami. Blog: riyadhsyami.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Internet Mendangkalkan Bahasa Kita?

24 September 2012   05:05 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:49 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio


"Dalam kehidupan sehari-hari kita lebih banyak bertindak sebagai penonton dengan tidak memikirkan lebih mendalam mengenai segala sesuatu yang berada di sekitar kita."


Prof. Dr. Gorys Keraf - Pakar Linguistik Indonesia

Saya baru saja selesai membaca sebuah buku terjemahan berjudul "The Shallows: What the Internet is Doing to Our Brains", karya Nicholas Carr, yang menjadi finalis Pulitzer Award 2011. Buku ini menyajikan "pemikiran yang sangat provokatif tentang konsekuensi fisik dan budaya dari internet" demikian menurut Komite Pulitzer Award. Ia berkisar pada pertanyaan apakah internet mendangkalkan cara berpikir kita? Tergolong mudah dibaca mengingat sifatnya yang tergolong tulisan ilmiah. Saya tidak bermaksud untuk mengulas argumentasi Carr tentang hal tersebut di sini, karena ada satu bahasan yang menarik di dalamnya tentang hal lain mengenai dampak internet. Yaitu tentang dampaknya terhadap cara kita membaca, faktor penting dalam kemampuan kita berbahasa.

Berbicara soal internet, saya masih ingat awal menggunakan internet sekitar sembilan tahun lalu. Tidak seperti sekarang, koneksi internet saat itu masih sangat lambat. Untuk membuka sebuah website, loading-nya paling cepat sekitar 10 detik. Paling cepat. Saya pandangi lekat-lekat kotak penanda loading yang merambat seperti siput. Dan setelah berlama-lama browsing mencari data, hanya sedikit yang bisa tersimpan. Saat itu masih umum penggunaan disket, alat penyimpan data berbentuk persegi dengan kapasitas tak lebih dari satu setengah megabytes.

Kini, kemajuan internet telah melesat jauh melebihi gerak siput browser sembilan tahun lalu itu. Fitur-fitur baru terus bermunculan. Twitter, Facebook, MySpace, Google, Youtube, dan masih banyak fitur-fitur online semakin akrab di telinga. Koneksi internet semakin cepat. Menggunakan internet kini lebih nyaman, seiring waktu ia menjadi bagian tak terpisahkan dari gaya hidup generasi masa kini. Generasi Teknologi Informasi dan Komunikasi.

Bagi generasi ini, -generasi kita-, informasi dan koneksi adalah dua komoditi yang senantiasa dinanti. Internet memungkinkan keduanya secara real time, senantiasa diperbaharui serta terkini. Bisa jadi, informasi yang tercetak di koran esok pagi adalah apa yang telah kita baca melalui media online sehari sebelumnya. Kecepatan internet mengalahkan kecepatan informasi cetak. Waktu pencarian informasi dan aktivitas media sosial telah bertambah porsinya.

Sebagaimana dikutip dari buku Nicholas Carr, sebuah penelitian telah dilakukan untuk mengetahui porsi ini, dengan indikator rata-rata penggunaan internet selama seminggu di Amerika Utara dan Eropa. Pada tahun 2009, orang dewasa di Amerika Utara menghabiskan rata-rata dua belas jam online seminggu, dua kali dari rata-rata pada 2005. Tipikal orang dewasa Eropa menghabiskan delapan jam seminggu pada tahun 2009, meningkat sekitar 30% jika dibandingkan pada tahun 2005. Sementara sebuah survey internasional pada 2008 terhadap 27.500 orang dewasa berusia antara 18 - 55 tahun mendapati bahwa orang menghabiskan tiga puluh persen waktu santainya secara online, dengan Cina sebagai para pengguna internet intensif, menghabiskan empat puluh empat persen dari jam luar kerjanya di internet.

Semakin meningkatnya waktu yang digunakan untuk online telah membawa perubahan pada cara kita membaca. Pada tahun 2003, Ziming Liu, seorang dosen ilmu perpustakaan San Jose University, melakukan survei terhadap 113 terpelajar -para insinyur, ilmuwan, akuntan, guru, manajer usaha, dan mahasiswa pascasarjana, terutama yang berusia antara tiga puluh dan tiga puluh lima tahun -untuk mengukur bagaimana kebiasaan membaca mereka dan telah berubah dalam sepuluh tahun sebelumnya. Hampir delapan puluh lima persen orang dilaporkan bahwa mereka lebih banyak waktu membaca dokumen-dokumen elektronik.

Ketika diminta menyebut ciri praktik membaca mereka yang telah berubah, delapan puluh satu persen mengatakan bahwa mereka menghabiskan lebih banyak waktu untuk "menjelajah dan melihat-lihat", dan delapan puluh dua persen mengatakan bahwa mereka lebih banyak melakukan kegiatan "membaca nonlinier". Hanya dua puluh tujuh persen bahwa waktu yang mereka pergunakan untuk "membaca mendalam" lebih tinggi, sementara empat puluh persen mengatakan bahwa waktunya berkurang. Hanya enam belas persen yang mengatakan bahwa mereka memberikan lebih banyak "perhatian berkesinambungan" terhadap membaca; lima puluh persen mengatakan bahwa mereka memberikan "perhatian berkesinambungan" yang lebih sedikit.

Seorang partisipan dalam penelitian tersebut mengatakan "Saya merasa kesabaran saya membaca dokumen-dokumen panjang berkurang. Saya ingin meloncat ke bagian akhir artikel-artikel panjang. Seorang partisipan lain mengatakan, "Saya lebih banyak membaca sekilas [ketika membaca] halaman-halaman html ketika membaca materi cetak". Liu menyimpulkan sedang "tumbuh perilaku membaca berbasis layar," tulisnya, yang ditandai dengan "browsing (penjelajahan) dan scanning (penyapuan), pencarian kata kunci, membaca satu kali, [dan] membaca nonlinier". Di lain pihak, waktu "yang dihabiskan untuk pembacaan mendalam dan terpusat" menurun dengan stabil.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun