Mohon tunggu...
Riyadh Syami
Riyadh Syami Mohon Tunggu... wiraswasta -

S-1 Manajemen Universitas Brawijaya Malang. Pembaca yang hobi menulis dan penulis yang hobi membaca. Twitter: @riyadhsyami. Facebook: riyadh.syami. Blog: riyadhsyami.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Twitter Baru Langkah Awal: Selamat Datang di Era Informasi dan Konektivitas

17 September 2012   04:31 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:21 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Tak ada orang yang bisa "jadi seseorang" dengan begitu saja. Kita menjadi seperti sekarang ini berkat ribuan orang lainnya. Setiap orang yang pernah berbuat baik atau memberi dukungan pada kita walaupun hanya sepatah kata, telah ikut membentuk karakter, pola pikir, serta kesuksesan kita."
George Burton Adams - Ahli Sejarah Amerika


Saat membaca ini, kapan terakhir kali Anda mengomentari suatu kejadian dalam akun media maya? Jika Anda mengerti bagaimana kebanyakan remaja Indonesia, bisa jadi telah melakukan update semenit yang lalu, juga sepuluh menit sebelum itu, atau bahkan sepuluh menit sebelumnya lagi, Tentu Anda tidak sebegitunya, tapi kita sepakat bahwa kebanyakan orang di masa kini jika menyangkut media sosial seragam dalam dua kata: s e r i n g dan b a n y a k.

Melakukan update status atau tweet hampir terjadi secara naluriah. Jika diakumulasikan, timeline Anda bisa-bisa menjadi sebuah buku, foto-foto Anda bisa jadi album, dan tweet Anda bisa menjadi tweetography. Ini telah jadi hal yang umum di masa kini, dimana kebanyakan orang telah terbiasa dengannya.

Saya teringat sekitar lima tahun lalu saat Facebook mulai booming.saya yang termasuk terlambat soal tren harus merasakan 'peer pressure' terlebih dahulu sebelum tergerak membuka akun di sana. Belum selesai saya bersusah payah menguasai Facebook, beberapa waktu kemudian berganti Twitter yang semakin heboh.

Soal media sosial yang saya sebut terakhir, Indonesia menduduki peringkat kelima sebagai pengguna Twitter paling aktif sedunia, dengan Jakarta sebagai kota paling 'cerewet'. Situs micro-blogging yang satu ini telah mendapat tempat di hati khalayak. Mereka nyaman baik untuk mengungkapkan isi pikiran sampai ke isi hatinya. Format 140 karakter tiap kali tweet agaknya memudahkan semua orang memiliki halamannya sendiri. Tak perlu berpanjang-panjang dengan blog. Praktis. Dan dengan sentuhan pribadi, setiap orang menjadi lebih mudah terhubung dengan orang lain. Setiap orang lebih mudah berbagi satu sama lain. Kita lebih mudah bertukar informasi dengan cepat. Informasi berupa kabar, tempat, produk, ide, atau apa saja. Semua itu dapat dengan mudah diakses oleh orang-orang dalam lingkaran jejaring sosial kita. Anda tertarik meneruskan suatu artikel berharga kepada teman? Langsung saja di-share atau sertakan saja dalam link, maka Anda telah berbagi informasi. Menyenangkan bukan? Karenanya, selamat datang di era 'informasi dan konektivitas',

Dan sekarang, di sinilah kita, berbagi kabar setiap harinya. Menuangkan ide, tulisan, dan karya ke dalam dunia maya. Surat menyurat, telegram, dan pager telah tergantikan surat elektronik dan fasilitas messenger. Media cetak seperti koran dan majalah harus bersaing keras dengan versi online yang kini merajalela. Banyak media komunikasi lainnya yang dulu begitu populer kini telah tergantikan oleh media baru. Perkembangan teknologi yang begitu pesat telah memungkinkan semua hal itu. Perubahan dalam cara kita berinteraksi dan berkomunikasi.

Meski begitu, ada satu hal yang masih tetap sama pada diri semua orang: keinginan untuk dipahami. Telah menjadi keharusan bagi para pengguna media sosial untuk membagi opininya kepada seluas-luas khalayak. Kita ingin agar orang lain mengerti maksud kita. Seorang bayi hanya bisa menyampaikan maksudnya dengan tangis. Namun, orang dewasa, telah mempunyai bahasa dan media.

Membludaknya pengguna Twitter di Indonesia mengindikasikan kebutuhan untuk berbagi dengan lingkungan sosial kita. Untuk berinteraksi dengan orang lain. Untuk menjadi bagian dari sesuatu yang lebih besar. Dan pada tataran yang lebih tinggi, untuk berkontribusi melalui hal-hal kecil. Bisa dibilang Twitter yang notabene adalah micro-blogging, adalah latihan kecil bagi para pengguna Twitter sebelum merintis blog yang sesungguhnya. Bukankah kini telah terbukti bahwa setiap orang memiliki sesuatu yang berharga untuk dibagikan? Anda dapat memulainya. Dan Anda telah memulainya. Internet telah menjadi sebuah kolam besar dimana semua pengunjung dapat membagikan remahan rotinya.

Maka bukan lagi hal yang janggal jika di sinilah kemahiran dan kearifan berbahasa semakin diperlukan. Lebih dari waktu-waktu sebelumnya. Intensitas komunikasi melalui tulisan telah menyamai atau bahkan melebihi komunikasi lisan. Keahlian dasar berbahasa sangat krusial jika bukan sekedar berbagi informasi yang kita tuju. Tapi juga melakukan hal yang bermakna, menambah nilai bagi kehidupan orang lain melalui tweet, status, post, dan semua aktivitas kita di dunia maya.

Bukankah ada perasaan yang menyenangkan saat kita berbagi kebahagiaan kepada orang lain? Bagaimana jika hal baik itu ditambahkan dengan menuliskan sesuatu yang berharga, sesuatu yang menambah nilai bagi kehidupan orang lain? Maka disitulah nilai berbagi dalam era konektivitas akan menemukan jiwanya. Disinilah kehadiran orang-orang seperti Anda yang ingin berkontribusi bagi kebaikan amat diperlukan. Pesan akan nilai-nilai yang baik harus disampaikan secara baik pula. Dengan penguasaan yang memadai terhadap bahasa, pesan-pesan tersebut akan tersampaikan secara lebih sempurna. Pemahaman akan dasar-dasar seperti pungtuasi (penggunaan tanda baca) dan efeknya terhadap pembaca, kalimat ambigu dan bagaimana menghindarinya, dan banyak hal lainnya akan banyak berguna karena dalam dunia maya untuk tercapainya makna sebuah pesan. Dan dari susunan kata itulah suatu pesan pertama kali kita terima. Bukan gerak tubuh. Atau intonasi. Jalinan kata merupakan penghubung yang paling utama.

Inilah bahasa Indonesia yang menjadi bahasa ibu bagi Anda, yang dengan perantaranya telah banyak hal di dunia ini yang bisa kita mengerti. Dan pada waktunya, untuk kita membantu orang lain untuk juga mengerti, keilmuan yang kita miliki.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun