Mohon tunggu...
Rika Valentia
Rika Valentia Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Penyebab Ekstrimisme dari Sudut Pandang Kekerasan Psikologi

2 Maret 2018   14:42 Diperbarui: 2 Maret 2018   14:58 1986
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sekarang saya akan menjelaskan apa itu ekstrimisme dan apa itu kekerasan psikologi. Pertama, menurut David Cameron, ekstrimisme adalah bentuk penyalahgunaan kegiatan berpolitik yang memanfaatkan kelompok atau organisasi minoritas. Kekerasan psikologis adalah kekerasan yang memiliki sasaran pada rohani/jiwa sehingga bisa mengurangi/menghilangkan kemampuan normal jiwa.

Pertama-tama saya akan menjelaskan ekstrimisme terlebih dahulu dan sehabis itu kekerasan psikologi. Ekstrimisme terbagi menjadi 2 yaitu, ekstrimisme kanan (fundamentalis agama) dan ekstremisme kiri (komunis). Sekarang saya akan menjelaskan 2 ekstrimisme tersebut, pertama ekstrimisme kanan dihubungkan dengan konservatisme, liberalisme klasik, kelompok kanan agama. Dan ekstrimisme kiri dihubungkan dengan aliran sosialis atau demokrasi sosial.

Lalu ekstrimisme dimulai dari adanya rasisme banyak orang mayoritas menyerang minoritas. Dan menurut saya itu adalah hal yang bodoh karena Bhinneka Tunggal Ika sudah mengajarkan  kita bahwa walaupun berbeda-beda tetapi tetap satu. Contoh kasus adalah kasus ekstrimisme di Australia, terjadi pada tahun 1997, minoritas di kasus ini adalah orang yang berkulit hitam dan mayoritas nya adalah orang yang berkulit putih, yang disebut dengan one nation party.

Setelah membahas ekstrimisme, sekarang saya akan lanjut menjelaskan tentang kekerasan psikologi. Sebenarnya kekerasan psikologi ada di dalam kekerasan non-fisik. Oleh karena itu saya akan menjelaskan kekerasan non-fisik itu apa. Kekerasan non-fisik adalah  jenis kekerasan yang tidak kasat mata. Dalam kata lain adalah tidak bisa langsung diketahui perilakunya apabila tidak jeli memperhatikan, karena tidak terjadi sentuhan fisik antara pelaku dengan korbannya.

Sebenarnya kekerasan psikologi banyak sekali terjadi di sekeliling kita atau bahkan kita juga pernah mendapatkan kekerasan psikologis. Contohnya adalah memandang sinis, memandang penuh ancaman, mempermalukan, mendiamkan, mengucilkan, memandang yang merendahkan, mencibir & memelototi. Menurut komisi nasional perlindungan anak (komnas PA), ada 3.339 kasus kekerasan di tahun 2016 dan di tahun 2017 ada 2.737 kasus kekerasan. Walaupun lebih dikit, tetapi tetap saja kita harus hati-hati.

Menurut Thomas Hobbes, manusia adalah makhluk yang dikuasai oleh dorongan-dorongan irasional, anarkis, saling iri, serta benci sehingga menjadi jahat, buas, kasar, dan berpikir pendek. Hobbes mengatakan bahwa manusia adalah serigala bagi manusia lain (homo homini lupus). Oleh karena itu, kekerasan adalah sifat alami manusia.

Menurut J.J. Rousseau, manusia itu polos, mencintai diri secara spontan, serta tidak egois. Peradaban serta kebudayaanlah yang menjadikan manusia kehilangan sifat aslinya. Manusia menjadi kasar dan kejam terhadap orang lain. Dengan kata lain kekerasan yang dilakukan bukan merupakan sifat murni manusia.

Ada upaya pencegahan kekerasan, yakni membuat kampanye anti-kekerasan. Sekarang saya akan menjelaskan upaya tersebut, kampanye anti kekerasan itu untuk mengajak masyarakat supaya dapat menciptakan suatu kedamaian, dan kedamaian tersebut dapat menghasilkan suatu kemajuan. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun