Sangat ambisius untuk mencapai kebebasan finansial, namun kenyataannya justru sebaliknya. Itulah beberapa situasi yang pernah dialami oleh Gen Z. Hasil riset yang dipublikasikan Tirto pada Juli 2019 menunjukkan bahwa Gen Z umumnya lebih boros, sulit menabung, dan kurang peduli terhadap kebutuhan investasi di masa depan.
Kenapa ini terjadi? Faktanya, kebiasaan finansial tersebut bisa memberikan dampak tidak sehat pada keuangan jangka panjang seseorang.Berdasarkan survei BPS Februari-September 2023, Generasi Z mencapai 75,49 juta jiwa atau 27,94% dari jumlah penduduk sebanyak 270,2 juta jiwa.
Gen Z merupakan penduduk yang lahir antara tahun 1997 hingga tahun 2012, artinya pada tahun 2024 penduduk Gen Z akan menjadi pendatang baru dalam dunia kerja. Ketika karyawan baru memulai karir mereka di tingkat yang lebih rendah, sebagian besar dibayar “secukupnya” dan keterampilan mereka masih minim. Salah satunya adalah keterampilan manajemen keuangan. Menurut Badan Jasa Keuangan (OJK), tingkat literasi keuangan generasi Z sebesar 44,04% atau lebih rendah 3,94% dibandingkan generasi milenial.
Literasi keuangan sebesar 44,04% termasuk dalam kategori literasi keuangan rendah yaitu kurang dari 60%. Dari sudut pandang ini, wajar jika cara pandang keuangan Generasi Z masih belum matang, karena literasi keuangan erat kaitannya dengan pengelolaan keuangan. Semakin tinggi literasi keuangan maka semakin baik pula kemampuan pengelolaan keuangannya.
1. keuangan digital
Generasi Z identik dengan segala hal yang serba digital. Namun, posisi penduduk yang tidak menjamin tingginya tingkat literasi keuangan. Faktanya, hampir seluruh layanan keuangan kini berbentuk layanan digital dari lembaga keuangan. Memang sulit memisahkan media sosial dengan Gen Z, namun sebagai Gen Z, ada baiknya jika kita istirahat dan membagi waktu dengan bijak. Gunakan keuangan digital untuk mempelajari literasi keuangan. Mengembangkan literasi keuangan dapat dimulai dengan belajar tentang uang secara umum, seperti mengelola uang, berinvestasi, berasuransi, menggunakan online banking, menggunakan e-wallet atau belajar tentang investasi online yang dapat diandalkan. Ada banyak sumber informasi yang tersedia seperti buku, artikel, website dan video. Selama ini media sosial diyakini mendorong sikap konsumeris, boros, dan imajinasi pragmatis. Namun, mampu meningkatkan kemampuan finansial melalui teknologi justru dapat membuka pintu menuju kematangan finansial.
2. membuat skill baru untuk penghasilan
Di era yang semakin digital, generasi Z mempunyai peluang besar untuk mengoptimalkan keuangannya. Menggunakan kursus online untuk mengembangkan keterampilan baru juga menjadi kunci penting, seperti coding, desain, asisten virtual, dan lainnya. Dengan memanfaatkan peluang penghasilan tambahan melalui platform online, seperti menjadi produser konten, penulis lepas, atau berpartisipasi dalam proyek online, Anda dapat meningkatkan penghasilan anda.
3. hidup hemat
hidup hemat cocok bagi para Gen Z karena umur karir yang masih pendek, pendapatan yang cenderung “cukup” serta memberikanmu kesempatan untuk memulai fondasi finansial yang kokoh, memberikan ketangguhan untuk menghadapi ketidakpastian ekonomi, dan meraih masa depan yang lebih stabil secara finansial
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H